Malang, Jempolindo.id – Festival Kopi Nusantara II Lereng Kawi yang akan digelar dalam waktu dekat, membuat Pendamping Desa/Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kemendesa PDT Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur serius mempersiapkan fasilitasinya.
Hal tersebut dilakukan dengan mengawali kegiatan Sarasehan Petani Kopi Desa yang diadakan, di Wisata Jowaran dan Rumah Limasan, Desa Jambuwer, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, pada Rabu (4/12/2024).
Tidak tanggung-tanggung, selain kelompok petani kopi, beberapa stakeholder strategis dihadirkan lengkap lintas elemen agar proses dan output sarasehan terukur diantaranya Hikmah Bafaqih (Legislatif/ Anggota DPRD) Jawa Timur) , Winartono, M.I.Kom, (Koordinator Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)/ Pendamping Desa Kemendesa PDT Kab Malang), Rurid Rudianto (tokoh penting petani kopi Lereng Kawi), Muhammad Imron (Akademisi sekaligus Kepala Pusat Studi Pengurangan Risiko Bencana dan Riset Desa Universitas Raden Rahmat Malang/UNIRA), dan beberapa tokoh penting lainnya.
Koordinator TAPM/Pendamping Desa Kabupaten Malang, Winartono, yang hadir mendampingi dalam memfasilitasi suksesnya acara tersebut manyampaikan bahwa sangat penting acara ini digagas dengan mendatangkan elemen secara lengkap dan terukur.
”Sarasehan ini sudah pas. Ada unsur pelaku yaitu kelompok petani kopi, ada akademisi, ada pemerintah Desa, dan unsur pengambil kebijakan. Hal ini mahal lho. TPP, dan termasuk pula Pemerintah, bahkan tak mudah memunculkan praktik inisiasi semacam ini. Syukur-syukur kita bisa jadi katalisator perbaikan atau ide kreatif pemberdayaan. Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kemendesa PDT harus menyambut dengan antusias,” ujar Alumni Magister FISIP Universitas Brawijaya ini.
“Ide kita adalah membranding Kopi Lereng Kawi, misalnya Ya selama ini kopi Malang brand yang muncul keluar masih wilayah Dampit dan sekitarnya. Yang terpenting, kita harus senantiasa berusaha menjadi bagian dari solusi. Ini bisa kita mulai dari hal kecil. Biar keberdayaan masyarakat dan desa tidak sulapan, menjadi semacam atraksi sirkus, atau gimmick tapi kosong,” imbuh aktivis muda yang akrab dipanggil Cak Win ini.
Sementara itu, Hikmah Bafaqih, M.Pd., Anggota DPRD Jawa Timur yang turut serta hadir pada sarasehan tersebut, menyampaikan dorongan agar petani kopi juga bergerak untuk mengunduh dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Pemerintah Kabupaten Malang sendiri.
”Dengan potensi besar yang ada di Lereng Kawi, dalam hal ini tentang kopi, maka sudah seharusnya pemerintah Kabupaten Malang dapat mendukung dan berperan aktif dalam peningkatan sumberdaya yang ada di Lereng Kawi ini. Upaya tersebut bisa memunculkan ide untuk menginisiasi dan berusaha mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Malang untuk diadakannnya Sistem Resi Gudang Kopi (SRG Kopi) Lereng Kawi,” ujar Wakil Ketua I Komisi E di DPRD Jawa Timur ini.
Kepala Pusat Studi Pengurangan Risiko Bencana dan Riset Desa UNIRA, Muhammad Imron selaku keynote speaker membeberkan tujuan adanya Festival Kopi II Lereng Kawi 2024.
Menurutnya dengan digelarnya Festival Kopi Nusantara II, terdapat tujuh tujuan yang ditargetkan. Yaitu, mempromosikan kopi lokal dan produk unggulan, memberdayakan ekonomi masyarakat lokal, meningkatkan edukasi tentang kopi dan budaya lokal, menginisiasi festival sebagai agenda tahunan yang berkelanjutan, mendorong partisipasi dan kolaborasi antar pelaku eskosistem kopi dan seni, dan melestarikan seni budaya topeng panji.
”Demikian itu adalah target dari tujuan jangka pendek dengan adanya festival kopi semacam ini. Sedangkan tujuan jangka panjangnya, adalah agar menjadi inisiasi untuk meningkatkan daya tarik wisata Lereng Kawi Experiental Tourism. Ini adalah gagasan kolaborasi melibatkan diantaranya Dirjen Budaya, Unira Malang, Pemerintah Desa Balesari, Desa Jambuwer, Desa Sumberdem dan Desa Ngajum Kecamatan Ngajum. Harapannya ada banyak lagi pihak yang turut terlibat dan berpartisipasi aktif dalam membangun wisata berbasis pengalaman ini,” harap Imron.
Rurid Rudianto, petani kopi Desa Jambuwer yang juga berkesempatan memberikan gagasannya, mengajak petani kopi untuk membuat komunal kopi Lereng Kawi.
Walaupun diakui bahwa pada tiap kawasan sebenarnya sudah memiliki brand di masing-masing desa, akan tetapi upaya persepsi mengatasnamakan Kopi Lereng Kawi adalah cita-cita besar untuk bisa diwujudkan.
“Dengan nama Kopi Lereng Kawi ini adalah payung besarnya. Sebab, data telah ada dan kongkrit. 5 Kecamatan yang meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan Wagir, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Wonosari, dan Kecamatan Kromengan, potensi kopinya sudah tembus 16.000 ton/tahun. Dan, kualitas kopi itu bisa diperbaiki bersama sehingga harga jual kopi bisa tinggi,” jelasnya. (#)