Penambang Tradisional Batu Kapur Gunung Sadeng Nasibnya Tergusur Bersurat Kepada Bupati Jember 

Loading

Jember – jempolindo.id – Penambang Tradisional Batu Kapur Gunung Sadeng Puger, terus memperjuangkan nasibnya, yang kini merasa kesulitan bahan baku, setelah kehadiran para penambang modern berskala besar, mengadukan nasibnya kepada Bupati Jember Ir H Hendy Siswanto ST IPU, Rabu (06/07/2022).

Penambang Tradisional
Saat perwakilan penambang Tradisional batu kapur Gunung Sadeng Puger diterima ajudan Bupati Jember

Sebelumnya, Penambang Tradisional itu telah mengadukan nasibnya kepada DPRD Jember.

Kedatangan beberapa warga kecamatan Puger ke pemkab Jember itu, kali ini mengatas namakan Persatuan Tumangan Gunung Sadeng (PTGS), di temui langsung ajudan Bupati Jember, Eko Purnomo.

Dalam dialog dengan ajudan Bupati Jember, perwakilan PTGS mengatakan, kehadirannya hanya meminta ketersediaan bahan baku batu kapur yang mudah dan murah.

“Agar kami tidak jadi korban, adanya aktivitas penambang modern, kalo perlu berikan kami wilayah tambang husus,” ujarnya.

Setelah mendengarkan keluhan dan keinginan warga tersebut, Eko Purnomo berjanji akan meneruskan keluhan dan keinginan warga tersebut langsung kepada Bupati Jember.

Tim jempolindo di lapangan, dari 150 pemilik Tumangan, terdapat puluhan pengrajin tumangan yang sudah tutup usahanya, bahkan ada sebagian yang sudah di bongkar.

Padahal menurut pengakuan warga, usaha Tumangan adalah satu satunya sumber usaha yang bisa menghidupi ribuan keluarga masyarakat yang ada di kecamatan Puger.

Sedangkan menurut keterangan Nurhasan, kedatangan pengrajin batu kapur tumangan, tak lain untuk mendapatkan perhatian dan perlindungan usahanya kepada Bupati Jember.

“Kepada siapa lagi kami harus mengadukan nasib kami, karena hanya ini usaha yang kami punya dan bisa menghidupi keluarga kami,” keluhnya

Sejak kehadiran penambang modern di wilayah Gunung Sadeng, sudah membikin banyak usaha tumangan tradisional ini hampir tutup.

Kalo hal ini di biarkan, makan ribuan warga Kecamatan Puger akan kehilangan mata pencaharian.

“Kami tidak akan pernah rela kalo warga pribumi Puger hanya jadi kuli di Gunung Sadeng yang kami punya,” pungkasnya (Gito).

Table of Contents