20.2 C
East Java

Legenda Pantai Watu Ulo, Apa Hubungannya Dengan Grajagan dan Pacitan

Berita Populer

Loading

Jember, Jempolindo.id Pantai Watu Ulo selain indah dan menarik wisatawan untuk mengunjunginya, juga menyimpan kisah legenda yang berkembang di tengah masyarakat.

Bernama Pantai Watu Ulo, karena terdapat batu menyerupai sisik ular yang memanjang ke arah lautan.

Lokasi Pantai ini berada di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu, berjarak sekira 40 km dari pusat kota Jember.

Tokoh Utama Legenda Pantai Watu Ulo

Konon, kala itu ada seorang pemuda yang sakti mandraguna bernama Marsodo, memiliki adik bernama Joko Samudro.

Orang tuanya mempercayakan Marsodo untuk mencari ikan dilaut, sebagai bahan makanan dan sebagian dijual ke pasar.

Suatu hari, saat memancing dipinggir pantai, Marsodo mendapatkan ikan yang bisa bicara.

“Tolong lepaskan aku,” kata ikan itu sambil menggelepar kesakitan.

Mendapati ikan yang bisa bicara itu, Marsodo merasa aneh, juga tidak tega.

“Sebenarnya siapa kamu, kok bisa bicara seperti manusia,” tanya Marsodo sambil melepaskan ikan itu dari kailnnya.

Ikan itupun menyampaikan bahwa dirinya sebenarnya jelmaan seorang pangeran, yang mendapatkan kutukan.

“Terimakasih banyak atas pertolongannya, tentu aku tidak akan lupa atas kebaikanmu,” kata ikan itu, sambil berenang ke arah laut lepas.

Marsodo pun pulang tanpa membawa seekor ikanpun. Kejadian yang baru saja dialaminya, membuat pemuda itu terngiang keheranan.

Bertarung Dengan Naga Raja

Namun, karena tidak mendapatkan ikan, Ayahnya marah. Sejak saat itu Marsodo tidak lagi ditugasi untuk mencari ikan.

Giliran Joko Samudro yang mendapatkan kepercayaan untuk mencari ikan dilaut.

Sayangnya, Joko Samudro bernasib sial, tidak seekor ikanpun yang didapatkannya. Kail pancingnya malah terkait dengan seekor ular naga raksasa bernama Naga Raja.

Ular Naga itupun marah besar, sehingga terjadi pertempuran dahsyat dengan Joko Samudro.

Joko Samudro kewalahan menghadapi kehebatan Naga Raja, beruntung Marsodo segera mengetahui bahwa adiknya sedang mendapatkan masalah.

Marsodo teringat Ikan yang pernah ditolongnya. Diapun memanggil ikan itu, seperti yang pernah dipesankannya.

Ikan jelmaan pangeran itu segera menjumpai Marsodo, dan memberikan sebuah cemeti.

“Pukullah ular itu dengan cemeti ini,” kata sang Ikan.

Tak menunggu lama, Marsodo memukul tubuh Naga Raja itu, hingga badannya terpisah menjadi tiga.

Kepala Naga di Pantai Grajagan, Ekornya di Pacitan

Setelah tubuh Naga itu terpisah menjadi tiga, Marsodo menendang bagian kepalanya yang kemudian jatuh di Pantai Grajagan Banyuwangi, sedangkan ekornya setelah ditendang jatuh di Pantai Pacitan.

Sedangkan tubuhnya tetap berada di pantai itu, yang kini menjadi Pantai Watu Ulo.

Kisah ini, hingga kini masih diyakini oleh masyarakat sekitar. Sehingga pada hari tertentu, warga mengadakan selamatan, Larung sesaji dan menggelar Wayang Kulit, bisanya pada tanggal 1 hingga 10 Suro.

Selain itu, pada tanggal 7 Syawal juga, Warga sekitar juga menyelenggarakan Hari Raya Kupatan di tempat tersebut. (MMT)

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru