Kerajinan Batik Nogosari Semula Sekedar Menghibur Ibu Petani Tembakau Lalu Tembus Pasar Global

Loading

Jempolindo.id – Jember .

Bermula dari anjloknya harga tembakau sekitar 3 tahun lalu, pada tahun 2018,  pemilik rumah batik  di dusun Gumuklimo desa Nogosari Kecamatan Rambipuji –  Jember, Sundari Sukoco terbersit gagasan memberikan kesibukan ibu – ibu petani dengan kerajinan membatik. Hal itu dikatakan Sundari saat diemui Jempol di ruang kerjanya, baru lalu.

 “kami berinovasi untuk memberikan kegembiraan kepada ibu – ibu petani agar bisa memberikan tambahan pendapatan kepada keluarganya,” kata Sundari.

Batik Hasil Kerajinan Desa Nogosari

Motif unggulan batik Nogosari sengaja dipilih motif utamanya adalah Kopi dan Kakao. Alasannya, disekitar desa Nogosari terdapat wisata edukasi yang berbasis Kopi dan Kakao.

“Sebenarnya ya tidak hanya itu, ada juga motif produk pertanian lainnya, seperti padi, kedelai,  jagung dan juga tebu,” kata Sundari.

Satu tahun sudah Sundari membina kerajinan batik  bersama ibu – ibu di desa Nogosari, kini  industri rumahan ini telah siap bersaing di pasar global. Upaya mengembangkan pasar dilakukan dengan berbagaia cara, termasuk diantaranya mengikuti pameran di tingkat kabupaten dan propinsi Jawa Timur.

Sundari belum menemukan kesulitan berarti dalam menjalankan usahanya. Produksi terus meningkat dengan kualitas dan harga yang relatif bersaing.

“Lama produksi untuk satu potong kain batik ukuran 2 meter, menurut Sundari membutuhkan waktu selama tiga hari, dengan patokan harga paling rendah Rp 150.

Berkembangnya batik nogosari, mendorong Kepala Desa Nogosari Essa Hosada untuk turut  memfasilitasi  berkembanngnya Home Industri di desanya. Menurut Essa, kerajinan batik itu layak untuk dikembangkan sebagai potensi kreatif dan  inovasi desa.

“Kedepan, kita akan dirikan galeri sebagai pusat pemasaran, bukan hanya batik saja, termasuk jenias kerajinan lainnya yang sudah berkembang di desa Nogosari,” pungkasnya. (sgt-2)

Table of Contents