Kebakaran TPA Pakusari Wabup Jember Turun Tangan  

Loading

Jember – jempolindo.id Genap seminggu kebakaran TPA Pakusari, Wabup Jember KH MB Firjaun Barlaman turun tangan menangani kebakaran hingga padam, dan melakukan evaluasi terkait proses pemadaman api yang terjadi di zona lima Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari, Jember itu, pada Kamis (25/08/2022)

Kebakaran lahan dan tumpukan sampah, meluas ke zona empat, seluas kurang lebih 2,3 hektare berhasil dipadamkan.

Diketahui lima truk damkar, dibantu dua tangki air dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) dan Dinas PU Cipta Karya, juga dikerahkan untuk memadamkan kobaran api kebakaran.

Wabup yang akrab disapa Gus Firjaun ini mengakui lamanya proses pemadaman api, karena kurangnya koordinasi antar OPD.

“Alhamdulillah berkat kerjasama semua OPD yang punya (mobil) tangki air. Alhamdulillah kebakaran sudah bisa teratasi dan berlangsung 7 hari. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi. Terkait lamanya penanganan selama kurun waktu seminggu. Mungkin karena yang pertama, titik api ada di dalam tumpukan sampah,” kata Gus Firjaun disela peninjauan di lokasi TPA Pakusari, Kamis (25/8/2022) sore.

“Ditambah peralatan kita terbatas. Kita gak punya alat untuk memasukan selang ke dalam tumpukan sampah. Susah untuk menjangkau titik api di dalam tumpukan sampah. Sehingga untuk sarana ini nanti kita upayakan untuk lebih dilengkapi lagi,” sambungnya.

Selain itu, lanjut Gua Firjaun, terkait faktor cuaca kemarau dan hembusan kencang angin. Juga menyebabkan kobaran api cepat besar dan meluas.

“Namun demikian, kita juga akui truk damkar juga mengalami kendala. Menurut kami karena terlalu berat untuk bekerja. Juga kita akui terkait koordinasi antar OPD kita terlambat. Ini jadi evaluasi kita,” katanya.

Terkait lambatnya koordinasi antar OPD, kata Pria yang juga pengasuh Ponpes Ashidiqqi Putra itu, karena pihaknya tidak mengira jika kebakaran di TPA Pakusari bisa membesar dengan cepat.

“Sehingga langkah evaluasi kita, juga langkah antisipasi. Nantinya ada penambahan sarana di lokasi TPA ini, dengan mengadakan pipa hidran. Sehingga saat terjadi kebakaran bisa segera cepat tertangani dan segera dilakukan penyemprotan,” ucapnya.

“Kita akui kesulitan mencari air di lokasi kebakaran juga menyulitkan proses pemadaman api. Jadi (jika ada pipa hidran) api tidak sampai meluas,” sambungnya.

Pihaknya juga menghimbau agar para pemulung untuk tidak merokok atau berhati-hati saat membuang puntung rokok.

“Karena bahaya puntung rokok bisa menyebabkan kebakaran,” katanya.

Terpisah, Kepala DLH Jember Sugiyarto menjelaskan soal pipa hidran akan disiapkan di lokasi TPA Pakusari.

“Untuk Pipa hidran nanti kita siapkan satu titik (untuk pusat air dari aliran artesis), yang nantinya kita alirkan ke seluruh zona lokasi sampah di TPA Pakusari. Ada 5 zona tempat penumpukan sampah di TPA Pakusari ini,” kata Sugiyarto.

“Untuk pipa hidran ini nanti kita juga optimalkan agar bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar. Sehingga pemanfaatannya juga bisa membantu masyarakat sekitar di hari-hari biasa,” katanya.

Dipasangnya pipa hidran itu, lanjutnya, sesuai dengan hasil koordinasi dan evaluasi terkait penanganan kebakaran di TPA Pakusari.

“Pipa hidran kami nilai bermanfaat, sehingga jika terjadi kebakaran. Secepat mungkin bisa kita atasi jadi tidak sampai meluas. Karena kita akui kesulitan pemadaman api kemarin, juga karena kesulitan air. Jadi saat ada kebakaran tidak cepat tertangani,” ujarnya.

Kebakaran TPA Pakusari Wabup Jember Kerahkan Dinkes dan Dinsos

Diketahui ada kurang lebih 10 KK yang bertempat tinggal di dekat lokasi kebakaran. Dengan jarak rumah dan lokasi kebakaran kurang lebih 10 meter.

Saat meninjau lokasi kebakaran, Wakil Bupati (Wabup) Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman juga mendatangi warga terdampak.

Wabup juga mengerahkan petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Sosial (Dinsos) untuk memeriksa kondisi warga terdampak. Karena selama kurang lebih seminggu terdampak langsung asap pekat dari kebakaran di TPA Pakusari.

“Untuk warga terdampak kita koordinasi dengan Dinkes dan Dinsos untuk meninjau langsung warga. Diperiksa kesehatannya, dan Alhamdulillah tertangani baik,” kata pria yang juga akrab disapa Gus Firjaun ini saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Kamis (25/8/2022).

Dari peninjauan yang dilakukan, kata Gus Firjaun, tidak ada warga yang sampai terdampak parah.

“Tapi kita himbau jika ada kendala kesehatan untuk ke lokasi layanan kesehatan seperti puskesmas. Tadi sudah koordinasi dengan tim kesehatan dari Puskesmas dibantu Pak camat setempat,” katanya.

Terkait dampak dari kebakaran di TPA Pakusari, sebelumnya diketahui jika warga sangat terganggu dengan asap dari kebakaran lahan dan tumpukan sampah tersebut.

Dandi Kurniawan (30) warga Dusun Sumberdandang, Desa Kertosari, Kecamatan Pakusari, Jember. Memiliki rumah yang berjarak kurang lebih 10 meter dari lokasi kebakaran.

Akibat asap pekat yang ditimbulkan dari kobaran api kebakaran, keluarganya mengalami sesak napas dan berharap kebakaran segera padam.

“Rumah saya jaraknya paling dekat dengan lokasi kebakaran. Kurang lebih 10 meteran. Akibat kebakaran ini, sudah empat hari ini kami sekeluarga merasakan sesak napas,” kata pria yang akrab dipanggil Pak Safa ini saat dikonfirmasi di rumahnya.

Dampak dari menghirup asap pekat dari kebakaran, lanjut Pak Safa, sekeluarga mengalami sesak napas.

“Bahkan anak saya sesak napas. Kebetulan saya juga baru punya anak bayi umur 8 bulan. Kemarin terpaksa sampai harus saya bawa ke dokter karena sesak napas. Bayangkan empat hari sudah kebakaran ini,” ungkapnya.

“Saya punya tiga anak, umur 10 tahun kelas 4, kelas 2 umur 8 tahun, dan yang paling kecil umur 8 bulan itu. Tapi ya gitu jadi sesak napas,” sambungnya.

Selain Pak Safa, ada 9 KK yang memiliki rumah dan jaraknya sangat dekat dengan lokasi kebakaran lahan di TPA Pakusari.

“Bahkan warga lain juga sama mengeluhkan sesak napas. Dengan saya ada 10 KK yang rumahnya dekat dengan lokasi kebakaran. Ada yang sesak napas, batuk dan pilek, anak kecil juga sampai sakit panas,” ujarnya.

“Kalau asap ini tidak ada, sudah mendingan. Tapi kalau masih ada asap pastinya jadi penyakit. Ini asapnya bukan cuma sehari dua hari. Kalau tidak hujan tetap hidup apinya,” kata Pak Safa. (Fit)