Jember, Jempolindo.id – Wabup Jember Djoko Susanto, menghadiri petik kopi panen perdana, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember, pada Rabu (14/05/2025) siang
Acara yang diselenggarakan oleh Masyarakat Forum Silaturahim Petani Gunung Gumitir (FSPGG), dihadiri Muspika Silo, Perwakilan Dinas Koperasi Jember, dan Perum Perhutani KPH Jember.

Saat acara panen perdana itu, Kepala Desa Sidomulyo Kamiludin tidak tampak diantara tamu undangan.
Menanggapi ketidak hadiran Kamiludin, Wabup Djoko mengatakan bahwa pemimpin seharusnya ada ditengah masyarakat.
“Karena pemimpin harus tahu apa yang menjadi keluh kesah masyarakat. Dalam kegiatan seperti ini, harusnya pemimpin hadir,” katanya.
“Kalau tidak hadir, ya pemimpin seperti apa itu,” sergahnya.
Sampai berita ini diunggah, belum ada konfirmasi dari Kades Sidomulyo Kamiludin, atas ketidakhadirannya.
Edukasi Petani Kopi Sidomulyo
Menurut Wabup Djoko, panen perdana itu merupakan edukasi kepada petani kopi, berbudidaya kopi yang baik.
“Saya mengapresiasi acara ini, sebagai bentuk edukasi kepada para petani kopi,” ujarnya.
Perlakuan petik perdana, hanya buah yang sudah merah. Sehingga, citarasanya semakin berkualitas.
“Kalau petik hijau, kan cintarasanya berkurang,” ujarnya.
Wabup Jember Dorong Ekspor
Kualitas Kopi Silo, menurut Djoko, pada tahun 2019 sudah pernah memasuki perdagangan ekspor.
“Kami juga belum tahu, kenapa sekarang tidak lagi bisa Ekspor. Ini nanti yang akan saya tanyakan kepada dinas terkait,” ujarnya.
Melihat potensi kopi Silo, yang memiliki kelebihan dari sisi kualitas dan citarasa, Djoko menginginkan agar, budidaya kopi ini digarap lebih serius.
“Kita kan bisa bekerjasama dengan Puslit Kopi dan Kakao yang ada di Jember,” jelasnya.
Prioritaskan Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi Lokal
Kabupaten Jember juga memiliki banyak perguruan tinggi, yang diajak kerjasama untuk meningkatkan budidaya daya kopi. Karena, para akademisi yang ada di Jember, tentu lebih tahu.
“Ya bukan berarti kerjasama dengan Akademisi dari luar gak boleh, boleh, tapi akademisi Jember kan bukan hanya tahu, tapi juga mengalami sendiri. Kalau yang dari luar, tahunya paling dari hanya membaca,” ujarnya.
Tanaman Tumpangsari, Apresiasi Perum Perhutani
Budidaya Kopi di Kecamatan Silo, merupakan hasil perkebunan tumpangsari, diantara tanaman pokok Perum Perhutani.
“Kami juga apresiasi ini, karena selain memperhatikan aspek lingkungan, kebutuhan karbon, oksigen, juga ada nilai ekonomisnya.
Perum Perhutani Jember Akomodir Masyarakat
Melalui Waka Adm Perum Perhutani KPH Jember, Suyono, menjelaskan bahwa pola kemitraan antara perhutani dan masyarakat, dalam bentuk KKP dan KKPP.
“Jadi kami mengakomodir semua kepentingan kelompok,” jelasnya.
Kerjasama antara Perum Perhutani dengan LMDH dan Gapoktanhut, menurut Suyono merupakan upaya mengakomodasi kepentingan masyarakat, sekaligus juga memenuhi tanggung jawab kepada negara.
“Kami sebagai bagian dari negara, punya tanggung jawab untuk setor kepada negara, dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),” ujarnya.
Melalui pola kerjasama itu, menurut Suyono merupakan upaya untuk merawat hutan agar tetap lestari, namun masyarakat dapat memanfaatkan dengan berbudidaya kopi.
“Dengan cara ini, hutan kita tidak rusak, karena masyarakatnya juga dapat berbudidaya kopi,” ujarnya.
Memperhatikan potensi lahan yang ada, Suyono menyakini, budidaya kopi di seluruh kabupaten Jember, masih dapat ditingkatkan.
“Jika budidaya kopi ini bisa dioptimalkan, maka bukan tidak mungkin Jember akan banyak memproduksi kopi yang berkualitas ekspor,” tandasnya. (Slmt)