16.2 C
East Java

I Wayan Leder : “Menghadapi Covid 19, Jangan Lupa Sembahyang”

Bali_Jempol. Ekspedisi Jempol di Pulau Bali saat dilanda musibah Covid 19 cukup banyak memetik hikmah dan pelajaran berharga. Selasa Legi (09/06/2020)

Melalui seorang teman, Raden Kwarta Sofjat, Bersyukur Jempol bisa berjodoh  bertemu dengan tokoh adat Desa Pakraman Pulau Serangan Bali.

Jempol bersama I Wayan Leder, dan Raden Kwarta Sofyat

Sebut saja I Wayan Leder, sosok tokoh adat yang santun. Kesan pertama berjumpa dengannya, tampak riang dan bersahabat.

Lalu kami saling bercerita tentang situasi terkini, perihal wabah Covid 19 yang sedang melanda dunia.

“Menghadapi musibah ini musti bijaksana,” katanya.

Menurut I Wayan Leder, menghadapi Covid_19 harus patuh pada aturan pemerintah, mentaati standar medis, dan mematuhi kesepakatan warga.

“Kalau kami punya aturan namanya awik awik, tetapi awik awik juga harus flkesibel, gak kaku. Contonya, saat ada kematian, kalau situasi normal gak boleh tidak semua warga harus hadir, tetapi dalam suasana covid bisa berubah saling bergantian, karena kan harus jaga jarak, dan mematuhi anjuran medis,” katanya menjelaskan.

Pengalamannya menjadi  bendesa adat tahun  1995 –  2000  dan   jadi Ketadesa Penasehat  tahun 2094_ 2019, sebuah jabatan adat yang diembannya membuatnya kian bijaksana dalam memahami banyak hal.

I Wayan Leder menjelaskan, Bendesa bertugas   memimpin di desa bidang budaya dan  agama Hindu,  Kerta desa merupakan  penasehat bendesa bila salah mejalankan budaya dan  agama.

“saya meluruskan, jika ada yang melenceng,” katanya.

Ajaran Tri Hita Karana

I Wayan Leder, memberikan wejangan sesuai ajaran agama Hindu, yang tidak jauh berbeda dengan ajaran agama Islam.

Katanya, Di dalam agama Hindu ada ajaran Tri Hita Karana :

  1. Palemahan, mencintai dan merawat lingkungan sekitar, mencintai alam
  2. Pawongan, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, meskipun berbeda beda keyakinan. Kalau dalam Islam dikenal dengan Hablum Minannas
  3. Parahyangan, Menjaga hubungan dengan Tuhan

Tetapi intinya menjaga keseimbangan yang dilandasi dengan Parahyangan, yakni menjaga hubungan baik bersama Tuhan,” tuturnya.

Karenanya, I Wayan Leder agar sikap laku, kebijakan apapun dalam menghadapi musibah covid 19, jangan sampai lepas dari ajaran agama.

“Untuk itu jangan sampai melupakan sembahyang, kalau dalam Islam jangan sampai melupakan Sholat,” wejangnya.

Ketika logika sudah tak kuasa menanggulangi, maka doa adalah vaksin yang ampuh.

Yakinlah  musibah covid akan segera berlalu dengan mematuhi semua aturan yang harus dipatuhi, termasuk jangan lupa berdoa,” yakinnya.

Percakapan bersama tokoh adat ini tak ada habisnya, banyak yang bisa dipetik dari kisah perjalanan hidupnya yang panjang. Tak terasa kami harus mengahiri perbincangan.

Sekapur Sirih Pandangan Raden Kwarta Sofjat Tentang I Wayan Leder.

Saya mengenal beliau tahun 2002 saat bersama menjadi pelaku pariwisata di Bali dalam sebuah company grup di Tanjung Benoa Bali kebetulan saat itu saya menjadi Manager dan beliau sebagai Chief Security..

Beliau adalah sosok yang humble ramah pada setiap orang dan hal ini dibuktikan saat Bapak Miftahul berkunjung ke kediaman beliau yang diterima laksana saudara…

Beliau sosok yang sangat toleran, menghargai sesama dan ringan tangan dalam membantu segala hal…

Sebagai tokoh spititual di Pulau Dewata banyak tokoh dan pejabat yang dikenal tetapi beliau senantiasa tidak pernah menggunakan posisi beliau untuk mengeruk keuntungan pribadi…

Saat ini, diusianya yang menginjak 67 tahun beliau banyak mengabdi untuk kepentingan masyarakat dengan menjadi Pemangku Adat di Pulau Serangan Bali…

Hal yang paling sering diingatkan oleh beliau adalah “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” dan “Tetaplah membumi” sebuah ungkapan yang bermakna dalam apabila kita mengejawantahkannya dalam kehidupan yang nyata.

Salam,
Kwarta

Table of Contents
- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img