Berita Jempol _ Kabupaten Jember dikenal sebagai kota Sejuta Gumuk yang berdiri kokoh seolah sebagai pelindung dari berbagai ancaman alam. Gumuk – gumuk itu bertebaran merata diseluruh kecamatan dan desa di Kabupaten Jember.
Fungsi gumuk berperan penting dalam menjaga stabilitas secara alami kondisi geografis, iklim makro dan ekosistem Kabupaten Jember, baik fungsi gumuk sebagai pemecah angin serta menjadi daerah resapan air.
Sayangnya, Gumuk Di Kabupaten Jember semakin terancam habis. Sampai hari ini belum ada aturan yang mengatur tentang perlindungan gumuk.
Pada tahun 2013, ketika era Bupati Jember Mza Djalal, seperti dilansir media masa diakui sebagian besar gumuk yang ada di jember, sudah rata dengan tanah, gara – gara gumuk tersebut diambil batu, tanah dan pasirnya saja.
Persoalannya, , mayoritas gumuk yang ada di kabupaten jember, dimiliki oleh perseorangan atau pribadi. Sehingga pemkab tidak bisa berbuat banyak, atas persoalan tersebut.
Kala itu, Wakil Ketua Dprd Jember Lukman Winarno mendukung gagasan perlunya aturan perlindungan seluruh gumuk di Kabupaten Jember. Entahlah pembahasannya sampai dimana, hingga kini belum ada informasi yang pasti.
Di era Bupati Jember Faida MMR, permasalahan gumuk di Jember nyaris tak terdengar.
Beberapa identifikasi dampak dari eksploitasi gumuk yaitu:
- penurunan jumlah mata air serta berkurangnya daerah resapan air;
- penurunan keanekaragaman hayati, jenis tumbuhan yang berada di gumuk secara umum yaitu bambu, pohon mangga, pohon randu, pohon pisang, pohon pinang, pohon kelapa, pohon pinang, pohon sengon, pohon rambutan serta pohon jati
- peningkatan suhu di sekitar gumuk karena berkurangnya keanekaragaman hayati;
- sering terjadinya angin puting beliung di sekitar gumuk yang sudah mengalami kerusakan atau perataan gumuk, salah satu fungsi gumuk sebagai pemecah angin, berkurangnya gumuk meningkatkan risiko bencana alam berupa angina putting beliung dan longsor
- penurunan hutan jumlah miniatur hutan kota yang berfungsi sebagai daerah penghasil oksigen serta carbon storage;
- berkurangnya populasi hewan yang hidup di gumuk misalkan musang, burung hantu, burung perkutut serta capung;
- potensi terjadinya banjir dan tanah longsor cukup tinggi karena berkurangnya jumlah vegetasi serta yang berakibat pada runoff generation yang tinggi serta kondisi tanah yang labil. Berkuranya daerah resapan air meningkatan potensi bajir dan tanah longsor karena terganggunya salah satu komponen pada siklus hidrologi.
Bagaimana di era Bupati Hendi Siswanto, akankah ada upaya perlindungan gumuk agar tidak terus mengalami kerusakan ?
Saksikan terus investigasi Gumuk Jember di channel sambal pedas – pedas betul sambalnya. (*)