Jempolindo.id – Film ini merupakan karya George Edward Albert Krugers (George Krugers), seorang pembuat film asal Belanda, yang kini banyak beredar di YouTube.
Film dokumenter pertama tentang ibadah haji berjudul “Het Groote Mekka-Feest” (Pesta Besar Mekah) yang dibuat pada tahun 1928.
Sinopsis Film
Het Groote Mekka-Feest dibagi menjadi empat babak. Film ini dibuka dengan sekelompok pria Muslim dari Hindia Belanda yang melaksanakan ibadah haji. Kemudian, film ini menampilkan kehidupan sehari-hari dan ibadah di Hejaz.
Proses Pembuatan Film
Krugers menyamar sebagai seorang Muslim dan merekam film serta dokumentasi foto diam dari ibadah haji tersebut. Ia didukung oleh orang-orang di Hindia Belanda dan Hejaz.
Usaha membuat film ini tidak mudah, bahkan penuh pengorbanan.
Untuk memuluskan penyamarannya itu, dia harus rela disunat, dan berganti nama menjadi Abdul Wahid, agar dapat mengakses kota suci Mekkah, yang jelas tertutup bagi non Muslim.
Perjalanannya dimulai dari Bandung, pada 3 Februari 1928, Krugers bersama sekelompok Jama’ah haji naik kereta api, dari Stasiun Bandung, menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Saat berdiri di Tanjung Priok, kamarenya merekam kesibukan jama’ah haji yang akan berangkat naik kapal laut.
Ribuan Jama’ah Haji membawa barang bawaan ke atas kapal, koper, peti kayu dan barang lainnya.
Keluarganya sibuk membantu, agar barang bawaannya bisa segera naik, sebelum kapal berangkat.
Disisi lain, keluarga yang mengantar berusaha naik ke geladak kapal, ingin mengantarkan sampai di atas kapal. Petugas kewalahan menahan mereka.
Ini gambaran, beratnya mereka melepas keluarga yang akan berangkat menunaikan ibadah haji.
Kala itu, perjalanan haji bukanlah Waktu yang singkat, bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan selalu ada yang tidak kembali ke tanah air.
Kapal laut mulai berlabuh dari Tanjung Priok, kemudian singgah di Palembang dan Banda Aceh, untuk mengangkut jamaah haji dari daerah itu.
Tiba di Jeddah, kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekah, dengan menunggang onta.
George Krugers mendokumentasikan kehidupan sehari-hari, arsitektur dan ritual haji.
Di Masjidil Haram, kedua tangan George Krugers menggenggam kamera, yang menjadi saksi besar sejarah perjalanannya.
Setiap rol film, memastikan bahwa dunia luar biasa menyaksikan keajaiban perjalanan suci ibadah haji.
Dia berdiri di Padang Arafah, ketika langit membentang luas tanpa batas. Seolah menjadi saksi bisu, bagi ribuan manusia, yang mengangkat tangan mereka, merintih dalam doa.
Disini, segala perbedaan lenyap, tak ada raja, tak ada warna kulit, yang membedakan.
Setelah menjalankan rangakaian haji di Mekkah, dilanjutkan ke Madinah.
Pria itu tahu, bahwa film yang ia buat bukan sekedar dokumentasi, melainkan menjadi jendela bagi dunia luar. Untuk melihat, bagaimana perjalanan suci ini mengubah hari dan jiwa, setiap insan yang menapakinya.
George Krugers mengukir sejarah, dengan lensanya, dengan matanya.
Film ini pertama kali di putar di Leiden Belanda, pada 8 November 1928, dan mendapatkan sambutan positif dari berbagai kalangan.
“Het Groote Mekka-Feest”, kini dianggap sebagai dokumentasi berharga, yang memberikan wawasan mendalam, tentang perjalanan jamaah haji, pada era Kolonial Belanda di Indonesia.
Biografi George Krugers
George Krugers lahir pada 4 Nopember 1890, di Banda Naira Maluku.
Ia menunjukkan minatnya pada teknologi, sejak usia muda.
Ia pindah ke Surabaya, sebagai Insinyur air, sebelum akhirnya menetap di Bandung, pada 1925.
Di Bandung, ia memimpin laboratorium, di NV Java Film. Sebuah perusahaan yang awalnya fokus pada film dokumenter.
Pada tahun 1926, Kruger menjadi juru kamera, untuk film fitur pertama di Hindia Belanda, yang berjudul “Lutung Kasarung”, yang disutradarai oleh Lheiveldorb dan didasari oleh rakyat Sunda.
Pada tahun 1927, Krugers menyutradarai film yang berjudul “Eulis Atjih”, yang menceritakan seorang wanita yang jatuh miskin. Setelah ditinggalkan oleh suaminya.
Meskipun Film ini kurang sukses secara komersial, Krugers melanjutkan kariernya dengan mendirikan perusahaannya sendiri, “Krugers Film Bed Rive”.
George Krugers, meninggalkan Hindia Belanda pada tahun 1936, pindah ke Hongkong, kemudian kembali ke Belanda.
Dia meninggal pada 10 Agustus 1964, di Den Haag Belanda. (MMT)