Jember_Jempol. Ekspedisi Domestik Geographik Jember Ideas kali ini coba menyusuri perjalanan para pejuang pendidikan di Kawasan Afdeling Bande Alit Kecamatan Tempurejo. Sebuah kawasan yang berada ditengah Kebun PT Ledokombo dan Taman Nasional Meru Betiri. Senin (13/01/20).
Bermula dari penuturan Kepala Sekolah SD Negeri 04 Andongrejo Kecamatan Tempurejo Jember Kasiono, Tim Jember Ideas tergelitik untuk menapak tilasi perjalanan para guru yang harus menempuh perjalanan puluhan kilometer dari rumah tinggalnya.
“Jika hujan, jalan setapak sepanjang 10 Km sudah tak bisa dilewati kendaraan apapun, kecuali berjalan kaki,” ucap Kasiono suatu hari.
Setelah seluruh perbekalan disiapkan, Tim Jember Ideas berangkat jam 06.00 Wib dari rumah Kasiono, dipimpin langsung Dima Akhyar, ditemani Agung, Ari Arjes, Kasiono dan Memet menggunakan transportasi mobil menempuh jarak 5 km menuju pintu pos pertama.
“Kita menggunakan mobil hanya bisa sampai pos pertama, selebihnya harus jalan kaki,” kata Kasiono.
Jalanan menuju pos pertama, tampaknya pernah diaspal di era Bupati Jember Ir MZA Djalal, hanya saja sudah tampak rusak parah, tanpa disentuh perawatan kembali.
Sekitar 30 menit perjalanan, Tim Jember Ideas sampai di pos pertama, tampak Pak Karim yang sudah 40 tahun mengabdi sebagai penjaga pos, membuka portal.
Tim Jember Ideas menitipkan kendaraan di pos pertama untuk selanjutnya menyusuri jalan setapak menuju lokasi sasaran dengan berjalan kaki.
Jalan setapak sepanjang 10 km, lebar jalan 1 m itu masih berupa tanah, berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang samping kanan kirinya berupa semak belukar. Kondisi hutan memang sudah terlihat rusak dan beralih fungsi. Terlihat banyak pohon besar tumbang.
Jalan naik turun cukup terjal hingga lumayan menguras napas, apalagi yang tak terbiasa dengan jalanan di pegunungan.
Sepanjang jalan Tim Jember Ideas bertemu dengan warga yang sedang mencari bambu buat dijual sekedar memenuhi kebutuhan hidup dan bibit porang untuk dibudi dayakan.
Setelah menempuh kira- kira 2 km, Tim Jember Ideas merasa perlu istirahat untuk memulihkan napas yang sudah mulai terengah – engah. Tim Jember Ideas harus beristirahat sebanyak tiga kali untuk sampai tujuan.
“ya beginilah jalan yang harus kami lalui setiap hari,” kata Kasiono yang masih kelihatan lebih bugar dari lainnya.
Setelah menempuh sekitar 1,5 jam jalan kaki, Tim Pro Dima tiba dilokasi disambut anak – anak bersama ketiga guru yang yang tampak memang sudah menunggu.
“Capek ya pak, ya beginilah jalan yang harus kami tempuh setiap hari,” ujar Wening, guru yang rumahnya di Ambulu. Lantas, anak – anak bergiliran bersalaman.
Sambil melepas lelah, Tim Jember Ideas menyempatkan bersenda gurau bersama murid sekolah dan para gurunya.
Wening Retno, sejak 2017 memulai mengajar di SDN Andongrejo 04 sebagai Guru Tidak Tetap (GTT), sebelum kemudian diangkat menjadi CPNS.
Setiap hari harus menempuh jarak 25 km dari rumahnya menuju sekolah bersama satu teman guru pria.
Sedangkan Nur Hayati memilih tinggal dirumah warga sekitar, karena jarak tempuh dari rumahnya di Wuluhan menuju sekolah sekitar 40 km.
Sebenarnya ada Rumah Dinas Guru yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat, sayangnya Rumah itu sudah hancur, tembok dan atapnya runtuh.
“Seminggu sekali saya dijemput suami,” kata Nur yang sedang didampingi Teguh suaminya.
Selang beberapa lama, datang Komite Sekolah Mohammad Sholeh yang kebetulan sedang pulang kerja.
Sholeh menuturkan keprihatinannya atas pengorbanan para guru yang telah puluhan tahun mengajar di sekolah terpencil itu.
“Saya berharap agar guru pengajar sebaiknya berasal dari wilayah terdekat saja. Sampean kan sudah merasakan sendiri bagaimana sulitnya dan jauhnya jalan yang harus ditempuh,” kata Sholeh.
Pria yang juga berprofesi sebagai mandor besar di perkebunan LDO itu ada perhatian pemerintah terhadap perbaikan fasilitas jalan.
“sebenarnya ada jalan besar hanya saja dua kali lebih jauh dan kondisi jalannya lebih parah,” katanya.
Dirasa cukup berbincang, Tim Jember Ideas memutuskan pulang. Sekedar ingin merasakan menunggangi kuda, Dima Akhyar mencoba menunggang kuda sampai perbatasan rumah penduduk terdekat. Selebihnya melanjutkan dengan berjalan kaki.
“kita coba menunggang kuda, bebas bbm, perintah cukup dengan voice akan sampai tujuan,” ujar Dima bercanda.
Sambil sejenak beristirahat menuju pulang, tim menyempatkan mampir di rumah warga. Agus, asal Ponorogo yang sudah tinggal di kawasan itu lebih 10 tahun ingin agar sarana jalan diperbaiki.
“semoga saja kelak jalan kami diperhatikan,” katanya penuh harap.
Ekspedisi Domestik Geogaohik Tim Jember Ideas kali ini cukup ekslusive, menyenangkan sekaligus menyedihkan.
“kita senang berkesempatan menjumpai warga terpencil, sekaligus bersedih masih banyak yang perlu sentuhan,” pungkas Dima. (☺😢)