Jember – DP3AKB Jember gandeng media sosialisasikan Bangga Kencana, program untuk menekan angka penurunan stunting di Aula Bna Kencana kabupaten Jember, Rabu (27/04/2022).
Program Bangga Kencana merupakan salah satu program dari BKKBN yang berfokus untuk mewujudkan Keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat di Indonesia, melalui berbagai kelompok kegiatan di masyarakat yang dalam hal ini difokuskan pada Bina Keluarga Remaja (BKR).
Menurut Kepala DP3AKB Suprihandoko, upayanya menggandeng media agar masyarakat lebih mengenal lewat media, tentang arti pentingnya penurunan angka stunting.
“Karena dengan mengandeng media , program pemerintah ini lebih cepat sampai ke masyarakat, media adalah energi,” tuturnya. .
Bupati Jember Ir H Hendy Siswanto ST IPU, kata Suprihandoko, meminta untuk tahun 2022 agar angka stunting di Kabupaten Jember bisa ditekan seminimal mungkin.
Untuk merealisasikan kebijakan Bupati Jember itu, Suprihandoko mengaku sudah membentuk tim mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat desa.
“Kalau angka stunting sangat tinggi dan tidak bisa ditekan ini bisa mengancam bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegasnya
Bahkan, kata Suprihandoko, jika angka stunting tidak ditangani dengan serius, maka pada tahun 2045 bangsa Indonesia akan mengalami krisis sumber daya manusia.
“Apa yang kami (DP3KB Jember) lakukan sudah sejalan dengan kebijaka presiden Joko Widodo,” tandasnya.
Menurut Suprihandoko, anak yang ada di dalam keluarga yang mengalami stunting berakibat kepada tingkat rendahnya kecerdasan.
“Untuk itu diperlukan kebersamaan agar permasalahan ini bisa segera tertanggulangi, khususnya di Kabupaten Jember,” tandasnya.
Dalam acara sosialisasi itu, Suprihandoko didampingi 4 Kepala Bidang, diantaranya Kabid Perlindungan Anak, Kabid Perlindungan Perempuan, Kabid KB, dan Kabid Pengendalian Penduduk.
Turut hadir pula, dua orang perwakilan DP3AKB Provinsi Jawa timur.
Perwakilan Provinsi Jawa timur Andi menerangkan bahwa tingginya angka stunting biasanya di awali dengan buruknya fasilitas kesehatan dilingkungan keluarga tersebut.
Kedua, rendahnya pendidikan baik agama maupun pengetahuan umum.
“Di samping itu tingginya angka pernikahan dini, juga menjadi penyebab yang paling utama atas tingginya angka stunting, karenanya pemerintah telah menerbitkan Perpres nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan dini,” paparnya.
Keseriusan pemerintah, kata Andi diwujudkan dengan mengalokasikan anggaran sangat besar, diantaranya untuk pulsa saja Pemprov Jawa Timur mengalokasikan 10 Milyar. (Gito/Agung)