Jember, Jempolindo.id – Gagasan Doa dan Sahur Bersama, merupakan wujud upaya menyikapi situasi sosial, ekonomi, politik, dan stabilitas nasional, yang kian tak menentu, dan mendorong keprihatinan Pengasuh Ponpes Ashri KH Syaifulrijal (Gus Sef).
Ungkapan pemikiran itu disampaikan Gus Sef, di Yayasan Raudhatul Mutaalim (Yasrama) Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, pada Minggu (23/02/2025).
Untuk mengawali Doa dan Sahur Bersama itu, Gus Sef akan membahas terlebih dahulu, di RIS Arjasa, pada Kamis (27/02/2025).
Gus Sef teringat pesan kakeknya KH Ahmad Siddiq, bahwa stabilitas nasional harus menjadi gerakan yang senantiasa diupayakan, untuk bangsa Indonesia.
“Saya waktu itu masih kecil, tetapi ingat betul dengan pesan Kyai Ahmad,” ujarnya, mengenang masa kecilnya.
Doa dan Sahur Bersama, Teringat Pesan KH Ahmad Siddiq
Pesan itu telah menjadi kekuatan Gus Sef, untuk terus mengupayakan stabilitas nasional, melalui doa yang diajarkan kakeknya.
“Doa yang diajarkan Kyai Ahmad, sangat spesifik hanya untuk stabilitas nasional, beda dengan Istigosah yang bersifat umum,” ujarnya.
Doa bersama yang telah dilaksanakan Gus Sef, tidak harus dalam kondisi yang tidak stabil, bahkan dalam kondisi yang aman aman saja, doa terus Istiqomah dilakukannya.
“Karena akan tiba saatnya, situasi akan semakin tidak menentu, seperti yang hari ini bisa kita rasakan bersama,” katanya.
Kondisi saat ini, kata Gus Sef, para politisi sudah pada sibuk bertarung berebut kepentingan, atas nama kekuasaan, dengan mengabaikan kepentingan rakyat, yang jauh lebih besar.
“Sedangkan Kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, masih berjalan kurang dari 4 bulan,” katanya.
Kebijakan Presiden Prabowo, tentang efisiensi anggaran, dengan memangkas sejumlah anggaran yang tidak perlu, juga dikritisi oleh beberapa kalangan yang merasa terusik.
“Padahal, sejatinya kebijakan itu diambil, ketika kondisi fiskal negara, sedang membutuhkan pertimbangan rasional, sehingga dapat lebih terfokus pada kepentingan rakyat yang lebih besar,” ujarnya.
Begitupun dengan upaya pemberantasan Korupsi tanpa pandang bulu, yang dilakukan pada pemerintahan Prabowo – Gibran, juga dianggap sebagai gerakan mempolitisasi para tokoh partai politik.
“Kentalnya konflik politik, pada semua ranah kehidupan berbangsa dan bernegara itu, dapat memicu instabilitas nasional, yang berdampak pada kehidupan masyarakat, hingga ke lapis paling bawah,” tandasnya.
Situasi, yang kian mengkhawatirkan itu, sudah tidak bisa lagi hanya diselesaikan melalui upaya normatif, melainkan dipandang perlu dilakukan melalui upaya doa bersama.
“Kegiatan Doa dan Sahur Bersama itu memanfaatkan Bulan Ramadhan, yang akan dilaksanakan selama 30 hari, secara bergantian di 31 Kecamatan se kabupaten Jember,” kata Gus Sef.
Kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan jalinan silaturahmi, dari seluruh unsur masyarakat di Kabupaten Jember. Untuk bersama sama memanjatkan doa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
“Kegiatan ini, juga terbuka untuk semua penganut agama dan kepercayaan, yang bersedia membersamai,” sebutnya.
Setelah Doa Bersama Digelar Diskusi
Selain doa bersama, juga akan digelar diskusi bersama, dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat, untuk memahami kondisi riil, yang sedang dialami masyarakat.
“Hasil dari serap aspirasi itu, diharapkan dapat menjadi dasar pijakan pemangku kebijakan, dalam mengambil kebijakan strategis, untuk menanggulangi permasalahan yang ada,” pungkasnya. (MMT)