Cegah Radikalisme, Ishmah Network Gelar Workshop Guru Ngaji

jempolindo, malang, ishmah network, radikalisme, guru ngaji
Cegah Radikalisme, Ishmah Network Gelar Workshop Guru Ngaji

Loading

Malang— Jempolindo.id _ Ishmah Network, sebuah komunitas di Desa Sidomulyo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, yang memiliki andil besar dalam pemberdayaan guru-guru ngaji, baik guru madrasah diniyah maupun guru TPQ, baru-baru ini sukses gelar workshop bertemakan pencegahan radikalisme.

Baca juga : Jokowi Akui Ada Pelanggaran HAM Berat

Tak tanggung-tanggung, komunitas yang memiliki slogan ‘Sinau lan Gemati Sak Lawase’ ini, menghadirkan Hikmah Bafaqih, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur.

Dalam pemaparannya, Ning Hikmah, sapaan akrabnya, menyampaikan pemahaman mendasar bagi guru-guru ngaji agar tidak terjangkit virus radikalisme.

Sebab, menurut perempuan yang berdomisili di lingkungan pesantren di Kecamatan Singosari ini, kaum radikalisme ini diantara ciri-ciri yang paling mencolok adalah menabrak atau membentur-benturkan tradisi yang telah mengakar kuat di tengah masyarakat.

“Dikit-dikit nyalahkan ini dan itu. Ini yang bahaya dan bisa membikin terbelahnya kerukunan dan kedamaian di masyarakat,” terang Ning Hikmah yang juga merupakan founder Komunitas Perlindungan Perempuan dan Anak Nusantara (Koppatara).

Tidak hanya menyampaikan materi tentang radikalisme, Ning Hikmah juga memberikan beberapa file yang dapat dipelajari dan disebarluaskan kepada sesama guru ngaji, agar pencegahan radikalisme ini bisa sampai ke akar.

“Apalagi bersinggungan langsung dengan para murid-murid yang berada di desa, maka hal ini menjadi penting karena desa adalah benteng bagi bangs aini,” sambungnya.

Sementara itu, untuk memberikan wawasan mengenai metode pembelajaran efektif di madrasah maupun di TPQ, hadir pula Winartono, M.I.Kom. Alumni Universitas Brawijaya yang cukup mumpuni dalam belajar mengajar kitab klasik atau kitab kuning.

Pada workshop tersebut, Kang Win, sapaan karibnya, menyampaikan beberapa metode pembelajaran yang paling simple dan sangat mudah dicerna oleh para murid atau santri yang mengaji.

Tiada lain, metode itu merupakan penyambungan sanad metode pembelajaran yang juga Kang Win dapatkan saat nyantri di Pondok Pesantren Manbail Futuh, Jenu, Kabupaten Tuban dan beberapa guru/Kyai tabarruk lainnya (*)

Table of Contents