22 C
East Java

Bocah Yatim Piatu Derita Hydrocephalus Lumpuh 8 Tahun Tak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah

Loading

Jember – Jempolindo.id – Bocah yatim piatu, asal Dusun Curah Buntu, Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah, Jember, Meisya Chalinda Beryl. Sejak lahir menderita hydrocephalus dan cerebral palsy (lumpuh tidak bisa menggerakkan tubuhnya).

Sejak lahir dengan kondisi memprihatinkan, Meisya membutuhkan perhatian secara khusus dan bantuan pemerintah. Namun 8 tahun lamanya, bantuan itu tak ada sama sekali.

“Meisya ini sakit hydrocephalus dan lumpuh itu. Sudah dioperasi yang hydrocephalus, habis biaya Rp 600 juta kurang lebih. Kondisinya tidak bisa apa-apa. Ini sekarang umurnya sudah 8 tahun,” kata Pengasuh dan Saudara Sepupu Meisya, Ngatimah (60) didampingi suaminya Wasis Siswadi (66) saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di rumahnya, Kamis (18/8/2022).

Dengan kondisi yang dialami bocah malang itu, kata Ngatimah, Meisya butuh kursi roda khusus dan perhatian nutrisi lebih. Namun karena kondisi ekonomi yang sulit.

Saat kedua orang tuanya masih hidup dan dibantu keluarga. Meisya diajukan ke pemerintah untuk mendapat bantuan.

“Waktu itu saya mengajukan bantuan ke dinsos. Tapi gak ada respon, katanya tidak bisa dari rumah. Tapi berapa kali saya mengajukan dan tidak ada respon, ya sudah saya tidak bisa apa-apa,” katanya.

“Dulu ada petugas katanya dari Dinsos. Datang hanya foto Meisya dan kondisi rumah. Setelah itu tidak ada kabarnya lagi. Saat itu Meisya umur 2 tahun, saya berusaha hubungi katanya tidak bisa datang ke rumah lagi. Ya sudah saya diam,” sambungnya

Ditambah kondisi kedua orang tua tiada dan hidup yatim piatu. Untuk mendapat bantuan juga dirasa masih sulit.

“Saya tidak tahu mengurusnya bagaimana. Kondisi saya dan suami juga sulit. Kita hanya bantu Meisya semampu kami. Kami berusaha ajukan bantuan lagi. Ada persolan KK. Lah gimana? Memang kondisi anak ini yatim piatu. Kita berharap ada perhatian pemerintah,” ucapnya sedih.

“Kebetulan ada relawan ke sini Bu Dewi itu. Alhamdulillah dapat rezeki. Meisya juga dibantu agar bisa mendapat bantuan,” ujarnya.

Terkait kebutuhan Meisya, adalah soal kursi roda khusus dan nutrisi.

“Sejak awal yang saya harapkan menginginkan kursi roda buat Meisya ini. Karena kalau beraktivitas ke kamar mandi, mau menjemur ini kesulitan. Masih gendong. Apalagi ini makin lama makin tumbuh besar. Kalau tidak ada kursi roda kan bingung kasian juga,” ucapnya.

Terpisah salah seorang relawan Maya Cendrawasih mengaku kaget dengan kondisi yang dialami Meisya. Proses untuk mendapat bantuan, kata Maya, akibat persoalan kartu keluarga (KK).

“Kami dari relawan, waktu itu dapat kabar dari Kepala Desa Kemuning. Kami langsung kroscek dan memang kami lihat keadaannya adek ini, sangat membutuhkan kursi roda,” kata Maya.

“Kita mengecek, memang benar adanya kebutuhan kursi roda itukan tidak sembarangan. Kursi roda ada banyak tipe dan macamnya. Nah ketika kami cek memang membutuhkan kursi roda khusus,” sambungnya.

Selain itu, lanjutnya, juga butuh asupan gizi cukup. Mengingat kondisi hydrocephalus dan cerebral palsy (lumpuh tidak bisa menggerakkan tubuhnya), yang dialami.

“Untuk asupan susunya pun khusus, dan harus minum susu yang memang rujukan dari dokter,” katanya.

Terkait kesulitan mendapat bantuan, lanjutnya, terkait persoalan KK.

“Kita menggalang dana, karena setelah kita cek di adminduknya, adek ini ternyata di KK nya tinggal seorang diri. Karena di KK nya (awal) yang lainnya sudah meninggal. Ketika adek ini kita konsultasikan ke Dispenduk, adek ini tidak bisa menjadi kepala keluarga. Karena usia (saat itu) masih 7 tahun,” ulasnya.

“Jadi kita pindahkan ke KK saudaranya (Ngatimah),” sambungnya.

Bocah Yatim Piatu Derita Hydrocephalus dan Lumpuh, 8 Tahun Hidup Menderita

Kondisi bocah umur 8 tahun itu dialami sejak lahir, sehingga anak pasangan Sugianto dan Juni Wati ini tidak bisa hidup normal. Layaknya bocah seumuran dengan dirinya.

Derita malang yang menimpa bocah perempuan itu, tidak hanya selesai sampai di situ.

Kedua orang tuanya meninggal tahun lalu, akibat terpapar virus Covid-19. Diawali ibunya meninggal sekitar bulan Mei 2021 lalu, menyusul bapaknya beberapa bulan kemudian.

“Tidak hanya itu mas, Meisya ini punya kakak laki-laki. Umur 30 tahun. Tapi juga meninggal tahun lalu karena Kanker Paru-Paru. Sekarang anak itu tinggal seorang diri,” kata Pengasuh dan Saudara Sepupu Meisya, Ngatimah (60) didampingi suaminya Wasis Siswadi (66) saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di rumahnya, Kamis (18/8/2022).

Ngatimah mengatakan, dengan kondisi yang dialami Meisya. Dirinya merasa prihatin, sehingga bersama suaminya berusaha untuk merawat.

Secara singkat Ngatimah menyampaikan, soal kondisi yang dialami oleh Meisya.

“Dari lahir Meisya memang kondisinya gitu, untuk sakit hydrocephalus dulu sekitar umur 3 atau 4 tahun sudah dioperasi. Habis biaya kurang lebih Rp 600 juta, belum lagi merawat kakaknya yang terkena kanker paru-paru. Kondisi Meisya memang seperti itu, sudah tidak bisa apa-apa,” ujarnya.

Seluruh harta benda orang tua Meisya habis, sehingga hal itu yang membuat ibunya memilih merantau ke Malaysia untuk mendapat penghasilan.

“Dengan kondisi tidak mampu, orang tua Meisya berusaha tetap bertahan secara ekonomi. Keluarga juga berusaha bantu, tapi memang butuh biaya besar untuk merawat. Akhirnya karena tidak kuat, ibunya merantau ke Malaysia, bapaknya bekerja di sini serabutan,” ucapnya.

“Sejak umur 3 bulan sampai 8 tahun. Merawat Meisya ini lebih dari keluarga sendiri, meskipun sebenarnya hanya ada ikatan saudara jauh. Tapi bagaimana lagi kasihan,” sambungnya.

Namun kini Meisya terpaksa harus hidup sebatang kara, dan dirawat semampunya oleh Ngatimah dan suaminya.

“Iya sekarang (Meisya) yatim piatu. Awal Karena waktu itu ibunya kerja di Malaysia cari tambahan uang, waktu selesai operasi habis Rp 600 juta. Ternyata belum sampai pelunasan hutangnya ibunya sudah meninggal di Malaysia kena covid tahun 2021 lalu,” ungkapnya.

“Bapaknya juga baru aja meninggal masih 40 hari kemarin. Sakit paru-paru. Kakaknya juga meninggal karena kanker paru-paru,” imbuhnya. (Fit)

- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img