Sukorambi, Jempolindo.id – Optimalkan upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting, Camat Sukorambi melaksanakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev), dengan turun ke desa desa.
Salah satunya di Desa Jubung, yang merupakan desa dengan angka Stunting terendah se Kecamatan Sukorambi.
Berdasarkan data yang didapat media ini, angka stunting se Kecamatan Sukorambi, diantaranya:
- Desa Jubung, 15 anak
- Desa Dukuh Mencek, 24 anak
- Desa Sukorambi, 91 anak
- Desa Karangpring, 119 anak
- Desa Klungkung, 41 anak
Monev stunting di Desa Jubung, dilaksanakan di Dusun Krajan, pada Rabu (25/06/2025).

Kegiatan itu sebagai tindak lanjut Monev yang telah dilaksanakan terhadap Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa, yang digelar di Pendopo Kecamatan, pada Selasa (24/06/2025).
Monev TPPS diikuti oleh lintas sektor, meliputi pemerintah desa, bidan desa, kader posyandu, unsur Puskesmas, TP PKK, serta lembaga keagamaan.
Kegiatan ini merupakan komitmen Camat Sukorambi Asrah Joyo Widono, untuk memastikan seluruh program intervensi stunting berjalan secara efektif, kolaboratif, dan tepat sasaran.
Camat Sukorambi, Asrah Joyo Widono, menegaskan pentingnya kerja bersama antar pemangku kepentingan dalam menangani stunting.
“Penurunan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi merupakan tugas kolektif kita semua,” ujarnya
Menurut Asrah, Kegiatan Monev di lakukan rutin setiap bulan bersama lintas sektor terkait mulai dari pemdes , Muspika , Bidan Desa , Penyuluh KB ,PKK desa dan saya selalu hadir di kegiatan monev Kader TPK.
Kegiatan itu di lakukan adalah untuk memantau pendampingan Kader pada Balita stunting dan keluarga beresiko stunting, termasuk resiko kesehatan lainya misal ibu hamil resiko tinggi , balita dengan penyakit penyerta dan lain lain
Asrah menjelaskan kegiatan Monev di Desa Jubung, diikuti oleh semua kader TPK.
Pada kesempatan itu, Kader TPK menyampaikan hasil pendampingannya, termasuk keberhasilan dan kendala yang di hadapi.
“Berdasarkan masukan dari kader TPK, Kita memberikan solusinya,” ujarnya.
Angka stunting di Kecamatan Sukorambi 12% sedangkan angka Nasional target penurunan stunting di angka 14,2% sesuai RPJMN.
“Artinya Sukorambi bisa menekan di angka 12% di bawah Target Nasional,” ujarnya
Sedangkan di Desa Jubung jumlah balita stuntingnya sebanyak 15 balita dan kader TPK nya ada 15 sehingga 1 kader mendampingi 1 balita stunting sampai tuntas.
“Bagaimana penanganannya Sinergi dan kolaborasi sesuai arahan Gus Bupati Jember , tidak bisa dikerjakan sendiri harus supertim , termasuk hari ini kita bersama sana turun langsung kelapangan,” jelasnya.
Sedangkan pelayanan, baik dari puskesmas Sukorambi , Muspika , Pemdes dan UPT KB, Perguruan Tinggi bersama – sama menciptakan inovasi program.
“Banyak sejawat perguruan tinggi hadir di Sukorambi dalam rangka membantu program pemerintah Jember khususnya di Sukorambi,” katanya.
Melalui kegiatan Monev TPPS Desa ini, diharapkan seluruh program intervensi stunting di wilayah Kecamatan Sukorambi dapat berjalan lebih terarah, terintegrasi, dan tepat sasaran, serta mendukung pencapaian target nasional penurunan angka stunting, dimulai dari tingkat desa.
Tak berhenti dengan capaian itu, Camat Sukorambi terus melakukan upaya untuk menjadikan Kecamatan Sukorambi zero stunting.
Penanganan Stunting di Desa Jubung
Kepala Desa Jubung Bhisma Perdana, dalam obrolan santai menjelaskan bahwa penanganan stunting di desa Jubung, dengan melakukan pemetaan data penyebab stunting.
“Sehingga kita tahu akar masalahnya,” katanya.
Setidaknya, ada beberapa penyebab masalah terjadinya stunting, diantaranya faktor ekonomi, faktor pola hidup, faktor pernikahan dini, dan faktor genetis.
“Dengan mengetahui akar masalahnya, maka akan memudahkan cara penanggulangannya,” jelasnya.
Sebenarnya, menurut Bhisma penanggulangan stunting sangat mungkin dilakukan, dengan kebersamaan seluruh stakeholder terkait.
“Bukan hanya mengandalkan petugasnya saja, melainkan juga membangun kesadaran masyarakatnya,” tandasnya.
Setiap desa, kata Bhisma sebenarnya punya banyak potensi, yang bisa dimanfaatkan optimal, untuk menangani masalah stunting.
“Sayangnya, selama ini belum terkelola dengan baik. Jika potensi itu bisa dikelola, maka bukan tidak mungkin masalah stunting akan tertangani,” tutupnya (#)