Selasa, 7 April 2020
Playing Victim, kalimat yang seringkali kita dengar dalam percakapan sehari – hari. Khususnya, saat membahas seseorang yang suka menjadikan orang lain sebagai kambing hitam, mencari – cari kesalahan orang lain untuk melindungi dirinya.
Manusia dasarnya diciptakan memiliki ego. Sikap egois seringkali dibutuhkan untuk melindungi dan menghargai diri sendiri. Gunanya, agar bisa melindungi diri ketika sedang berinteraksi dengan orang lain.
Tetapi jika sikap egois berlebihan dampaknya bisa sangat buruk. Manusia bisa jadi sosok yang suka playing victim, menganggap dirinya jadi korban perbuatan orang lain dan selalu merasa paling benar.
Melansir laman knowitallnancy.com, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sering playing victim terhadap sesama. Penyebabnya sangat beragam, bisa karena pola didik orangtua sejak kecil atau gengsi yang sangat tinggi.
Bagaimana cara mendeteksi kondisi seperti ini pada diri sendiri? Simak ulasan berikut.
1. Tidak Pernah Introspeksi
Jika kita tidak pernah introspeksi dan merenungkan peristiwa buruk yang pernah terjadi, bisa jadi kita salah satu orang yang hobi playing victim.
Menganggap diri sendiri paling benar dan tidak pernah salah, merupakan bibit awal.
Padahal semua manusia tidak ada yang sempurna dan pasti ada salah benarnya.
Orang yang tidak bisa belajar dari kesalahan dirinya akan menganggap dirinya paling benar.
2. Mencari Pengakuan Publik
Melakukan pencitraan atas dirinya, biasa dilakukan oleh politisi untuk mendapatkan simpati publik, agar bisa mendulang sebanyak – banyaknya. Pada fase normal, pencitraan masih bernilai publikasi yang wajar saja.
Sayangnya, jika pencitraan melebihi porsinya, apalagi dibumbui dengan menambahi gosip atau sejenis kampanye hitam (black champaign) agar dianggap paling benar, maka sikap itu bisa dikatagorikan indikasi playing victim.
Orang-orang seperti ini tidak suka jika lawannya menang dan akan berusaha menjatuhkan dengan cara licik.
“Mereka sudah berani melawan saya, cari kesalahan dan laporkan. Biar ditangkap polisi”
3. Tidak Bisa Tanggung Jawab
Sosok playing victim tidak pernah bisa bertanggung jawab dalam hidupnya. Mereka terbiasa diagungkan dalam kelompok dan tak pernah disalahkan atas pebuatannya.
Untuk itu ketika musibah menimpa, mereka akan terus menerus lari dari kenyataan dan menghindar dari tanggung jawab.
“Ini bukan tanggung jawab saya, dia yang harus bertanggung jawab”
4. Selalu Merasa Menjadi Korban
Ketika dihadapkan dengan persoalan, biasanya selalu merasa menjadi korban. Sosok seperti ini sangat pandai merangkai cerita agar dirinya dianggap sebagai korban, sehingga orang-orang akan merasa kasihan dan berpihak padanya.
Padahal bisa jadi pihak yang lain lah yang sebenarnya menjadi korban.
“Masalah ini terjadi karena orang itu tak kooperatif”. Kalimat itu dekat dengan gambaran pribadi playing victim.
(Red)