18.5 C
East Java

Mengintip Perjalanan Anjangsana Dima Akhyar

Loading

Jember_Bangsalsari_Jempol. Malam itu, mereka duduk bersila di Musholla yang terbuat  dari bilik bambu beratap daun tebu. Bercengkrama akrab, saling berbagi sekenanya. Kamis malam (28/11).

Kaji Madhori, begitu warga di Kecamatan Bangsalsari mengenalnya. Diusianya yang sudah 70 an tahun, masih terlihat energik, penuh semangat. Tutur katanya lirih, tetapi kuat dan tajam.

“Tempat ini dulu bernama  Baitul Nikmah (maksudnya plesetan dari tempat pelacuran) lalu sekarang menjadi Baitul Makmur,” katanya berseloroh.

Lokasi seluas kurang lebih 1 ha itu kini terbangun lembaga pendidikan, yang didirikan Kaji Madhori hanya bermodal semangat dan doa.

Perlahan terwujud bangunan gedung yang cukup untuk Madrasah Ibtidaiyah, SMP Islam dan Pondok Pesantren. Tidak ada biaya dari pemerintah. Seluruhnya dibiayai dari kemampuannya sendiri.

“Saya mengawalinya dari modal nol rupiah,” katanya menyakinkan.

Rupanya Kaji Madhori sedang berusaha menyakinkan pria muda yang duduk bersila dihadapannya.
Dima Akhyar tampak sungguh – sungguh mendengarkan petuah Kaji Madhori, tentang bagaimana pengalaman hidupnya selama ini.

“Jika Allah sudah berkehendak segala sesuatu yang tidak mungkin, maka  akan menjadi mungkin,” petuahnya.

Dima lebih banyak  hanya menjadi pendengar setia. Sambil sesekali bertanya, perihal yang tak dipahaminya.

Pengalaman hidup yang dituturkan Kaji Mudhori memang sepertinya bisa menjadi penyemangat dan teladan bagi anak – anak muda.

Tak terasa malam sudah semakin larut. Anak anak muda yang menyertai Dima sudah ada yang tergeletak kelelahan.

Hingga menjelang subuh, mereka asyik bercengkrama. Meski perbincangan malam itu sudah harus diahiri. (*)

Table of Contents
- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img