Jember_Jempolindo.id_ Beragam keluhan yang dialami Guru Tidak Tetap (GTT) di Kabupaten Jember, pengabdiannya yang sudah puluhan tahun sepertinya tak kunjung mendapat perhatian selayaknya.
Dukung DPRD Jember gunakan Hak Interpelasinya dengan tekan link dibawah ini :
Diantara ribuan GTT yang bertebaran di Kabupaten Jember, sebut saja Yayuk Srikanti Rahayu (54) yang sudah mengabdi sebagai guru bidang konseling (BK), terhitung sejak tahun 1993, kini sudah selama 24 tahun.

“Saya menjadi guru, mulai dihonor 15 ribu,” tutur Yayuk sambil terbata – bata.
Disisa usianya Yayuk masih mengabdi di SMP Negeri 1 Wuluhan, memang sudah sepantasnya nasib mendapat perhatian.
“Honor sekarang yang saya terima sebesar 700 ribu, sangatlah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup,” ungkapnya.
Yayuk, diantara usianya yang kian renta, sudah tidak memungkinkan menjadi PNS. Harapan satu-satunya ikut tes ASN P3K. Sayangnya, saat tes tahap satu, nasib Yayuk masih belum juga beruntung.
Perempuan renta itu kembali harus bersabar dalam pengabdiannya sebagai guru, meski gajinya tak laik.
“Ya sekarang tinggal berharap ada kebijakan yang berpihak kepada kami,” katanya lirih.
Begitupun, nasib serupa juga dialami Ady Sulistiono (56), kini mengajar mata pelajaran kesenian di SMP Negeri 1 Wuluhan. Guru yang sudah mengabdi selama 27 tahun, terhitung sejak tahun 1992. Ady juga tidak lolos saat mengikuti tes ASN P3K tahap satu.

Sepertinya Ady, disisa usianya juga harus bersabar menerima honor sebesar 700 ribu perbulan.
“Saya terkadang malu sama tetangga, cuma penampilannya saja yang bersepatu, tetapi gajinya kecil, tidak cukup untuk biaya hidup,” keluh Ady.
Lain lagi nasib yang dialami Kusman (55), statusnya sudah PTT K2, tetapi malah tidak bisa mengikuti tes ASN P3K.

“Saya tidak bisa ikut tes terhambat peraturan dan ijasah saya yang hanya SMK,” katanya.
Kusman yang sudah mengabdi selama 34 tahun, terhitung sejak tahun 1985, juga harus menerima kenyataan dari sebuah kebijakan yang tidak berpihak. Bagaimanapun Kusman harus tetap mengajar di SMP Negeri 2 Balung, tempatnya mengabdi hingga masa nya berahir.
“Saya menjadi guru sejak berdirnya sekolah ini. Awalnya saya hanya menerima honor 10 ribu, kini saya menerima honor 610 ribu,” tuturnya.
Pria berkaca mata itu menyanyangkan pemerintah yang belum bisa merealisasikan janjinya.
Kusman teringat kabar gembira bagi PTT, sekitar tanggal 28 februari 2005 pemerintah berjanji mengangkat guru honorer menjadi PNS tanpa tes. Kenyataannya, sudah 14 tahun menunggu janji itu tak kunjung diwujudkan.
“Saya hanya berharap pemerintah bersedia mewujudkan janjinya. Presiden, saya kira bisa mengambil kebijakan untuk mengangkat nasib kami guru honorer ini,” ujarnya penuh harap.(Basu)