Jember – Jempolindo –Tragedi kerusuhan pertandingan Sepakbola di Stadion Kanjuruhan Malang, telah menyebabkan korban Jiwa lebih dari 127 jiwa melayang, 2 diantaranya berasal dari Kabupaten Jember.
Tragedi itu terjadi usai laga Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya 2-3 dalam laga Derby Jawa Timur pada lanjutan Liga 1, supporter Aremania kecewa, jagonya kalah di kandang sendiri. Sabtu (1/10/2023) malam.
Menurut Koordinator Supporter Berni, Joni Budi Utomo, kejadian yang dialami dua korban supporter Arema FC, dinilai karena kurangnya koordinasi antar supporter.
“Karena memang tidak terkoordinir dengan baik. Total pastinya (jumlah supporter Arema asal Jember) belum tahu. Karena mereka berangkat berkelompok. Ada 14 motor yang bareng-bareng. Bertemu di Jubung (Rest Area Kecamatan Sukorambi). Ada juga mobil Travel dan Elf yang berhenti di Tanggul,” kata pria yang akrab dipanggil Job Utomo ini.
Terkait kondisi korban supporter Arema FC asal Jember. Sebagai bentuk solidaritas, lanjut Job Utomo, pihaknya masih berusaha mencari info pasti.
“Jadi secara pasti belum tahu (berapa jumlah korban baik luka ataupun meninggal). Karena dari Jember Selatan biasanya juga ada. Ada Aremania dari Puger, Gumukmas juga,” sambungnya.
Kabar sementara, terdapat Dua supporter asal Jember itu Faiqotul Hikmah (22) warga Jalan MH Thamrin, Lingkungan Gladak Pakem, Kelurahan Kranjingan, Kecamatan Sumbersari, dan Noval Putra (19) warga Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Jember.
Pantauan wartawan, saat kedatangan jenazah korban menggunakan ambulans, Keluarga korban tampak sangat berduka, isak tangispun tak terbendung.
Jenazah Faiqotul Hikmah, sampai di rumah duka sekitar pukul 08.00 WIB. Keluarga hanya bisa pasrah dan menangis, saat korban diturunkan dari mobil ambulans.
“Tadi setelah diturunkan dari mobil ambulans. Ada memar gitu sama di sini (sambil menunjuk sekitar pinggang), ada lebam sedikit. Pada bagian wajah juga ada memar,” kata Kakak Korban Nurlaela saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Minggu (2/10/2022).
Kata Nurlaela, pihak keluarga mengaku kaget, mendapatkan kabar adiknya telah meninggal. Karena saat berangkat ke Malang, anak bungsu dari lima bersaudara itu, berangkat ke Malang dalam kondisi sehat.
“Korban naik motor ke Malang, rombongan 14 orang. Tahunya jadi korban ada temannya yang di Wirowongso mengabari kalau jadi korban. Mengabari lewat telpon sekitar pukul setengah 12 malam,” kata Nurlaela dengan raut wajah sedih.
Berangkat menonton dari Jember, kata Nurlaela, kemarin (Sabtu, 01/10/2022) sekitar pukul 5, karena libur kerja. Kan dik saya kerja di pabrik pengemasan edamame.
‘Ada dua orang yang berangkat dari rumah, dengan temannya itu. Tapi sepertinya banyak juga yang berangkat,” sambungnya.
Kecintaan adiknya itu, kata Nurlaela, terhadap klub sepak bola Arema FC tidak bisa dibendung. Setiap pertandingan sepak bola, dan ada kesempatan. Adiknya selalu berangkat ke Malang.
“Bulan kemarin juga atau kemarin gitu, gak sampai sebulan juga ke Malang nonton,” katanya.
Soal kabar meninggalnya Faiqotul Hikmah, menurut teman korban Abdul Muqit, diketahui setelah kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Berangsur mereda.
“Awal mau masuk stadion sempat hilang kontak. Saat itu Faiq pegang tiket dan sudah masuk dalam stadion. Saya di luar stadion karena belum punya tiket,” kata Muqit saat dikonfirmasi terpisah.
Pria warga Wirowongso, Jenggawah ini mengatakan, saat mencari korban di tengah kericuhan. Muqit bertemu temannya yang lain dan memberi kabar jika korban ditemukan di dalam stadion. Tapi kondisinya dikabarkan meninggal.
“Korban posisi dalam gedung stadion dan sudah ditutupi kain putih. Seperti mukenah,” ucapnya.
“Selain Faiq juga ada teman korban lain, Noval,” imbuhnya. (Fit)