Petani Way Kanan Butuh Pendampingan Budidaya Tebu

Way Kanan – Petani Way Kanan Provinsi Lampung butuh pendampingan Budidaya, agar punya bekal cukup untuk meningkatkan kualitas produksi.

Menurut Mansur (33) Tokoh Pemuda Kampung Negara Batin Kabupaten Way Kanan Lampung, menyampaikan keinginan itu saat pertemuan petani, Kamis (26/05/2022) Malam.

“Kami ingin ada pendampingan petani, dari orang yang berkompeten, agar petani punya pengetahuan cukup tentang budidaya tebu yang baik,” pintanya.

Selama ini, kata Mansur, petani melakukan budidaya berdasarkan kemampuan yang minimal, sehingga tak heran berpengaruh terhadap kualitas tebu dan hasil produksi.

“Sehingga tak jarang ada petani yang ala kadarnya, ahirnya merugi, karena salah melakukan perhitungan Budidaya,” keluhnya.

Menurut Mansur, harusnya keinginan petani yang berharap ada kenaikan HPP gula, berbanding lurus dengan kemampuan petani mengelola pertaniannya.

“Keuntungan bisa didapatkan jika hasil produksinya bagus, bagaimana bisa untung jika tebu kurus, menyebabkan rendemennya rendah,” tegasnya.

Tehnik pemupukan yang baik, menurut Mansur berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya rendemen tebu.

“Saya sudah mencoba menggunakan KCL (jenis pupuk) hasilnya terbukti lebih bagus,” tuturnya, mencontohkan salah satu aplikasi pemupukan yang diterapkannya.

Faktor yang menyebabkan naiknya rendemen tebu, kata Mansur, diantaranya Tinggi rendahnya rendemen tebu asli dari kebun, Kebersihan tebangan saat tebu ditebang, Jarak atau jangka waktu antara tebu di tebang dan tebu digiling dan Efisiensi gilingan dan proses pengolahan ( overall recovery ) di pabrik gula.

“Jadi gak bisa kesalahannya hanya ditimpakan kepada pabrik gula saja,” tegasnya.

Keberadaan PT Pemuka Sakti Manis Indah ( PSMI) di Kampung Negara Batin, menurut Mansur sebenarnya sudah banyak memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat.

“Keberadaannya sudah memberikan ruang kepada petani, terutama bagi 182 petani yang memilik kerjasama, juga membuka lapangan kerja,” ujarnya.

PT PSMI hanya mengelola 6000 hektar, sedangkan petani mengelola sekira 12 ribu hektar.

“Jadi petani mengelola sebagian besar lahan pertanian tebu yang ada,” tegasnya.

Pengetahuan tentang pertebuan, diakui Mansur, didapatkannya dari bangku kuliah, serta praktek kerja lapang yang diperoleh dari beberapa Pabrik Gula.

“Saya belajar di PG Semboro, lalu bekerja di Pabrik Gula PT PSMI selama 3 tahun,” kisahnya.

Berdasarkan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Mansur berkeyakinan jika ada pendampingan Budidaya, sehingga petani lebih punya kemampuan berbudidaya, maka juga akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani.

“Ini yang kita butuhkan, kehadiran pemerintah dalam budidaya tebu,” tandasnya. (#)

Table of Contents
Exit mobile version