23.9 C
East Java

Kisah Pasutri Di Jember Rawat ODGJ

Jember – Jempolindo.id Siang itu, pasutri (Pasangan suami istr) Sarifuddin (65) dan Fatimah (58) warga Dusun Sumber Jeding RT 03 RW 08 Desa Seputih, Kecamatan Mayang, Jember, tampak sedang asyik merawat ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang membutuhkan pelayanan khusus.

Ditemui media ini, pasutri itu menuturkan kisahnya, mencoba merawat ODGJ, sejak tahun 1985, yang dilakukannya secara swadaya, tanpa meminta biaya dari pemerintah ataupun orang lain.

Pasutri, Jember, ODGJ
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang sedang menjalani perawatan

Meski, diakuinya, terkadang ada sumbangan dari masyarakat ataupun pemerintah yang ingin membantu upaya merawat para ODGJ itu.

Sudah lebih 37 tahun Sarifuddin dan Fatimah mengaku merawat para ODGJ, jumlahnya sudah mencapai lebih 200 an ODGJ, diantaranya banyak yang sembuh dan kembali ke keluarganya.

Tetapi ada Juga yang terpaksa bertahan, karena keluarganya enggan menerima, hingga kini ikut membantu Sarifuddin dan istrinya merawat ODGJ yang butuh perhatian.

Kini, tercatat ada kurang lebih 60 ODGJ yang masih dirawat pasutri itu di rumahnya.

“Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa merawat ODGJ itu bersama istri. Kasihan kalau tidak ada yang merawat, apalagi sampai ada di jalanan,” kata Sarifuddin saat ditemui di rumahnya, Senin (26/9/2022).

Rumah dan tempat merawat para ODGJ itu, kini bernaung dibawah yayasan pondok pesantren. Karena dalam merawat para ODGJ itu, kata Sarifuddin, selain menggunakan metode medis, juga dengan pendekatan agama Islam.

“Alhamdulillah tempat saya merawat ini sekarang bernama Yayasan Nurul Islamiyah. Para ODGJ ini ibarat santri. Dengan pendekatan agama dan ketelatenan. Alhamdulillah banyak yang sembuh. Ada yang pulang ke rumahnya sendiri, ada yang akhirnya berkeluarga, ada juga yang tidak pulang karena ditolak keluarganya, atau sudah tidak punya saudara. Tinggal di pondok (rumahnya) dan ikut merawat saudara-saudaranya yang masih perlu perawatan dan perhatian,” ungkap pria yang juga Pengasuh Yayasan Nurul Islamiyah dan juga akrab dipanggil Kiai Sarifuddin ini.

Awal merawat para ODGJ itu, katanya, kala itu Sarifuddin diminta warga di sekitar rumahnya untuk membantu menyembuhkan ODGJ.

“Awalnya dipanggil minta diobati, karena terkadang ODGJ itu (diyakini) karena adanya gangguan jin. Jadi dibantu untuk dikuatkan agamanya dan baru bisa disembuhkan. Nah dari sana, ada yang belum sembuh saya bawa ke rumah dan dirawat. Nah dari sana kemudian saya membantu merawat sampai sembuh,” ujarnya.

“Selain pendekatan agama, dengan tiap subuh bangun Salat dan diingatkan ngaji, malam Jumat Pengajian. Setiap 4 hari sekali (pasien ODGJ) itu dibawa ke rumah sakit untuk diobati secara medis ke rumah sakit. Karena bagaimana pun pengobatan medis juga perlu,” sambungnya.

Pantauan wartawan di Yayasan Nurul Islamiyah tempat Sarifuddin dan istrinya merawat para ODGJ. Para ODGJ itu tinggal dalam sebuah kamar tanpa pintu berukuran 2 x 3 meter.

Tidur beralaskan kasur busa, dan ada lemari sebagai tempat menyimpan pakaian. Di semua ruang kamar dan lokasi para ODGJ beraktifitas tidak ada kaca. Menjaga agar para ODGJ tidak melukai dirinya sendiri.

Selain itu, bagi pasien yang masih terlalu aktif. Pada bagian kaki masih dirantai, agar tidak kabur dan berlarian. Sehingga memudahkan perawatan.

Senada dengan Sarifuddin, istrinya Fatimah juga ikut membantu proses merawat para ODGJ itu.

“Dalam merawat ODGJ, intinya harus telaten. Saya membantu Abah (Sarifuddin) karena kasihan sama mereka (para ODGJ). Karena bagaimanapun mereka manusia, dan sesama manusia kan saling tolong menolong dan memberikan perhatian,” ujar Perempuan yang juga akrab dipanggil Bu Nyai Fatimah ini.

Suka duka dalam merawat para ODGJ, ujarnya, mulai dari memulihkan kesadaran dan bagaimana para orang dengan gangguan jiwa itu. Mendapatkan kembali kodratnya sebagai seorang manusia normal.

“Mereka telanjang di tengah jalan, marah-marah ataupun ngomel sendiri. Ya kita telaten merawat, dan mendengarkan. Mereka sama manusia seperti kita, tapi hilang jati dirinya. Jadi kembali diingatkan siapa Tuhannya, dan apa yang seharusnya dilakukan. Sehingga yang sakit (ODGJ) itu bisa sembuh,” ulasnya.

Para ODGJ itu, dalam salah satu terapi penyembuhan yang dilakukan. Adalah diajarkan untuk saling peduli.

“Jadi jika ada yang sudah sembuh, ada yang pulang kembali ke rumah dan keluarganya. Ada yang kembali normal dan berkeluarga. Ada juga yang masih di sini (tempat perawatan Yayasan Nurul
Islamiya). Untuk yang tetap di sini dan sembuh, ya membantu memasak dan merawat yang masih sakit. Jadi disadarkan untuk dapat saling tolong menolong,” tuturnya.

Fatimah juga menambahkan, terkait perhatian pemerintah ataupun masyarakat juga cukup baik.

“Terkadang dari Dinsos Jember datang memberi bantuan beras atau sembako, juga ada yang bantu seperti Dispenduk soal data. Sehingga bisa dapat bantuan saat perawatan kesehatan di rumah sakit. Juga terkadang dari donatur,” ucapnya.

Terkait keluhan tetangga atau warga sekitar, karena banyaknya pasien yang dirawat.

“Alhamdulillah tidak ada keluhan dari tetangga atau warga. Karena kebanyakan lingkungan sini masih saudara. Mereka paham. Selain itu ada kejadian lucu, pasien itu ada yang pergi ke warung (toko peracangan) dekat pondok ini. Beli rokok ngutang, ya sudah saya bayar. Tapi saya bilang, besok-besok jangan dikasih rokok karena pantangan saat perawatan. Dikasih kue saja atau jajanan lain,” ujarnya.

Pasien Banyak dari Luar Jember 

Untuk para ODGJ yang dirawat di rumah Sarifuddin dan istri. Tidak hanya masyarakat Jember. Namun ada yang dari kota lain, bahkan dari luar pulau.

“Ada yang dari Jakarta, Yogyakarta, Solo, Madura. Ada juga dari Kalimantan, Sumatera. Jadi ada yang oleh keluarganya diserahkan ke sini, karena tidak mampu merawat. Ada juga yang sudah kurang lebih 7 tahun dirawat di (RSJ) Lawang (Malang), tidak sembuh dibawa ke sini. Alhamdulillah sembuh dan pulang ke keluarganya lagi,” kata Istri Sarifuddin, Fatimah saat dikonfrmasi bersamaan dengan suaminya.

Terkait kondisi pasien ODGJ yang dirawat oleh pasutri itu. Dari berbagai umur, remaja himgga tua.

“Ada yang masih muda banget, kira-kira umur 20 tahunan. Ada juga yang tua di atas 50 tahun,” sebutnya.

Untuk permasalahan yang dialami sehingga menjadi ODGJ, kata Fatimah, bermacam-macam.

“Kebanyakan persoalan keluarga atau rumah tangga, ditinggal mati suami atau istrinya, diselingkuhi. Ada karena nyalon pejabat gagal. Kemudian untuk yang pasien muda, karena cita-cita gak tercapai. Misal ingin jadi polisi gagal, atau masuk kuliah di perguruan tinggi gak kesampaian,” sebutnya.

“Bahkan sampai ke persoalan gemar minum miras (minuman keras). Ataupun juga karena putus cinta. Macam-macam pokoknya,” sebut Fatimah.

Fatimah juga menambahkan, untuk saat ini kurang lebih ada 60 an ODGJ yang masih menjalani perawatan.

“Untuk rincinya perempuan berapa, laki berapa, maaf saya lupa hitung. Tapi kurang lebih 60 an. Karena kan dirawat dan sembuh jadi pasien keluar masuk. Gantian. Kalau total keseluruhan yang dirawat dari tahun 1985, lebih dari 200 pasien,” ucapnya.

Terpisah, salah seorang mantan ODGJ Randi. Mengaku sudah cukup pulih setelah menjalani perawatan di Yayasan Nurul Islamiyah.

“Saya di sini kurang lebih 6 tahun. Saat dirawat abah dan umi di sini,” kata Randi.

Ditanya bagaimana kondisinya setelah menjalani perawatan untuk dapat kembali normal, Randi mengaku, sudah cukup sehat.

“Saya asal Kalimantan, tapi saya masih lupa alamat rumah. Tapi saya Alhamdulillah bisa sholat dan mengaji dengan abah tiap Subuh, kalau Malam Jumat pengajian di musala sini,” ujarnya. (Fit)

- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img