17.7 C
East Java

Kisah Berdirinya Desa Banjarsari (Part I)

Loading

Jember – Banjarsari – Jempolindo.id – Sebuah Desa bernama Banjarsari, merupakan bagian dari Pemerintahan Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember, tepatnya berada sekira 25 Km dari pusat Kota Kabupaten Jember, 7 Km dari pusat kota Kecamatan Bangsalsari.

Berpenduduk sekira 4500 jiwa, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan buruh perkebunan.

Sekira 54 hektar sawah tadah hujan, yakni sawah yang hanya mengandalkan saat tiba musim penghujan, karena tidak ada sumber mata air yang cukup sebagai sarana pengairan.

Jika musim kemarau tiba, maka para petani hanya bisa menanam jagung, atau jenis tanaman yang tahan menghadapi kemarau.

Berdirinya desa ini, berawal dari kedatangan orang dari Pulau Madura, dan sebagian kecil dari wilayah Bojonegoro.

Berdasarkan, cerita yang berkembang terdapat 4 tokoh utama pendiri desa ini, diantaranya, Berkong Morojoyo, Kakek Jamik, Kakek Sari, dan Kakek Gerila.

Namun, tak ada sumber yang pasti, siapa nama sebenarnya para tokoh itu.

Kakek Berkong Morojoyo, diperkirakan berasal dari Dusun Berkongan Desa Kadur Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan, yang datang sekira tahun 1800 an.

Beliau membuka hutan di wilayah yang sekarang menjadi Dusun Kerajaan dan sekitarnya.

Sedangkan Kakek Jamik dan Nenek Jamik, membuka kawasan yang sekarang menjadi Dusun Dukuh I.

Kakek Sari dan Nenek Sari membuka wilayah yang sekarang menjadi Dusun Dukuh II sebelah Timur.

Kakek Gerila Nenek Gerila, membuka kawasan yang kini menjadi Dusun Dukuh II sebelah Barat.

Atas dasar kesepakatan para tokoh masyarakat, serta restu dari penguasa Belanda, yang berkuasa di Perkebunan Banjarsari, maka ditunjuklah Kakek Berkong menjadi Kepala Desa Pertama, dengan gelar Morojoyo.

Beliau memimpin Desa ini hingga tahun 1942, digantikan cucunya bernama Abdurrahman, yang sebelumnya membantu kakeknya menjadi sekretaris desa, menjadi Kepala Desa setelah memenangkan suara Pemilihan Kepala Desa.

Abdurrahman menjadi Kepala Desa hingga tahun 1977, karena perubahan politik dari Orde Lama menjadi Orde Baru, beliau menolak mendukung Golkar (kini menjadi Partai Golkar).

Ketika masa Orde Baru dibawah Presiden Soeharto, hampir seluruh jajaran pemerintahan wajib mendukung Golkar, maka Abdurrahman yang lebih dekat kepada pilihan politik para Kyai, memilih mundur dari jabatannya sebagai Kepala Desa, lantas memperkuat barisan PPP.

Setelah Abdurrahman mundur, jabatan Kepala Desa sempat di kartekerkan, pemerintah Kabupaten Jember, menunjuk Busadin, seorang anggota Koramil Bangsalsari, untuk melanjutkan kepemimpinan Desa Banjarsari.

Busadin sebagai karteker, berikutnya berhasil memenangkan Pilkades, dengan suara mutlak melawan Bumbung kosong, karena memang tidak ada lawan yang maju sebagai Calon Kepala Desa, yang memerintah hingga tahun 1980 an.

Kepala Desa berikutnya digantikan oleh Achmad Syahroni, yang memerintah hingga dua periode, dan digantikan Putrinya bernama Naning Roniani, yang menjadi kepala desa Banjarsari hingga tiga periode (berahir pada tahun 2026 mendatang). (Part I)

Table of Contents
- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img