Pidie Aceh – Jempolindo.id – Kabar mengejutkan terdengar dari Kabupaten Pidie Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, seorang Ulama sepuh Kharismatik, Tengku Abdurrahman atau kerap disapa Abu Keune meninggal dunia, pada usia 93 tahun, Almarhum dikebumikan di kompleks Masjid Amanaton Gampong Keune, Kecamatan Geumpang, Pidie, Jumat (11/11/2022) sekira pukul 05.00 WIB.
Ucapan belasungkawa datang silih berganti, tak terkecuali PJ Bupati Pidie Ir Wahyudi Adisiswanto, juga turut menyampaikan ucapan bela sungkawanya.
Wahyudi mengaku memiliki kenangan dan kesan mendalam, atas sosok Abu Keune. Atas kenangan mendalam itu, dirinya merasa harus menghadiri secara pribadi upacara pemakaman Ulama sepuh itu, hingga menyempatkan memikul keranda almarhum, untuk diantarkan hingga persemanyaman terahirnya.
“Innalillahi wainailaihi rojiun. Segenap Pemerintah Kabupaten Pidie mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya serta merasa kehilangan sosok Ilama Sepuh karismatik, yang penyabar menyejukkan serta ringan kaki.
Secara pribadi, saya sangat kehilangan, karena seminggu sebelumnya beliau mampir pendopo Kabupaten Pidie dan bahkan sempat bertanya: “kabarnya lagi sakit ya”.
Kemudian beliau mmberikan air doa yang sampai sekarang saya simpan.
Kesan saya, beliau sangat cerdas karena bercerita masa lalu seolah baru kemarin terjadi.
Pesan beliau, antara lain untuk menjaga generasi muda dari pengaruh buruk budaya asing yang semakin mmbahayakan,” Tulis Wahyudi melalui pesan pendek WhatsApp.
Pemilik akun facebool @Ilmu Dalam, menulis status tentang Sejarah Perjalanan Abu Keune, seperti dikutip sesuai aslinya, berikut ini:
Setelah tsunami Aceh, jalan menuju Meulaboh putus total. Hanya bisa diakses melalui laut atau jalan alternatif melalui Geumpang.
Dalam setiap perjalanan melalui jalan itu, saya mengagumi keindahan dan kekayaan alam serta keramahan masyarakat yang luar biasa. Demikian juga kekayaan sejarah perjuangan Aceh.
Sepanjang jalan itu, apakah di Beureunuen, Keumala, Tangse, Geumpang, dan daerah lain sekitarnya, menyimpan berbagai kisah kepahlawanan endatu kita. Banyak jejak sejarah yang sekarang dilupakan generasi muda.
Di Geumpang, ada sebuah gampong, namanya Keunè. Sekira tahun 2011, saya pernah kesana. Bertamu ke rumah Abu di Keunè dengan bang Irwandi, tulis dalam akun Facebook milik Munawar Liza Zainal, pada Jum’at, 11 November 2022.
Oleh Abu, kami dibawa ke sebuah mesjid sebelahnya ada sungai kecil. Gampong dan mesjid itu, dulu dibuka oleh Tengku Umar di Tiro, cucu Tengku Chiek di Tiro Muhammad Saman.
Kami juga dibawa ke belakang mesjid, di bawah sebatang pohon besar, ada beberapa kuburan, diantaranya ibunda (Nyak) dari Tengku Umar di Tiro, Tengku Abdul Rauf, ayahanda (Abu) dari Tengku Ahmad Lam Ateuek.
Di zaman peperangan, tokoh perjuangan bukan hanya dikejar hidup-hidup, sesudah syahidpun, jenazahnya dicari, sehingga banyak dimakamkan di tengah hutan atau tempat terpencil oleh keluarga dan rekan seperjuangan.
Abu di Keunè juga sepupu dari Wali Negara Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Menjadi imam shalat jenazah di mesjid raya Banda Aceh sewaktu wali berpulang pada tahun 2010 lalu.
Abu di Keunè, dikenal sebagai tokoh masyarakat yang sederhana, berakhlak tinggi, dan guru yang mulia sebagai ulama Kharismatik Aceh.
Tadi pagi mendapat kabar, bahwa Abu di Keunè, bernama lengkap Abdul Rahman bin Abdullah (Tengku Muda) bin Mahjeddin bin Muhammad Saman di Tiro telah berpulang ke rahmatullah.
Ummi dari Tengku Abdullah, ayahanda dari Abu Keunè adalah pahlawan wanita, Potjut Meurah Gambang, putri dari pahlawan Aceh, Tjut Njak Dien.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, semoga Allah meluaskan kubur almarhum Abu dan seluruh syuhada Aceh. Semoga ditempatkan di sisi para aulia dan syuhada. (*)