Jember _ Jempolindo.id _ Gunung Ranti merupakan salah satu gunung, yang terletak di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Gunung ini, salah satu puncak Pegunungan Ijen, berada di ketinggian 2601 di atas permukaan laut (dpl).
Gunung Ranti ini, tepatnya berada di Dusun Kebundadap, Desa Tamansari, Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Aku sebenarnya bukanlah pendaki yang berpengalaman, hanya saja mendengar cerita kawanku yang sudah pernah kesana, tergiur juga untuk menjelajahi ke unikan gunung yang satu ini.
Ya, namanya juga baru pertama kali pingin naik gunung, aku ijin sama bunda dan ayahku. Berulangkali aku diingatkan, agar berhati hati, karena naik gunung kan juga banyak resikonya.
“Hati- hati kalau mau naik gunung, siapkan peralatannya, memang sudah ada yang pengalaman tah,” tanya ayah, saat aku pamitan.
Memang ada beberapa temanku, yang sudah berpengalaman naik ke Gunung Rante (sebutan lain dari Gunung Ranti).Jadi aku tidak perlu terlalu khawatir.
Kami, mempersiapkan peralatan seadanya. Jaket, sarung tangan, pelindung kepala, gaiters, jas hujan, trekking pole, senter headlamp, tenda, perlengkapan masak, tas gunung, sleeping bed, tali, pakaian, survival kit, kantong sampah. Eh, tapi gak semuanya sih.
Sebagian peralatan terpaksa harus sewa, karena memang tidak punya. Kalau sepatu, aku gak punya sepatu gunung khusus, terpaksa pakai sepatu seadanya saja.
Setelah lengkap semuanya, pada hari Minggu (13/08/2023), kami ber enam, Aku (Kevin Adam Rachmani), Amru, Abi, Ardi, Deka, dan Friskan, berangkat bersama menggunakan sepeda motor, dari Jember menuju Kabupaten Banyuwangi, pada pukul 10.00 WIB pagi.
Sekira 3 jam perjalanan, kami menuju lokasi Gunung Ranti. Sesampai pintu masuk menuju lokasi, untuk registrasi, Simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) sebelum melakukan pendakian.
Tiket masuk ke lokasi Gunung Ranti, tidak terlalu mahal, hanya Rp 10.000 saja. Ongkos parkir juga hanya Rp. 5000. Katanya, kalau mau berkemah, mendirikan tenda boleh juga. Lumayan murah kan ?.
Setelah menitipkan sepeda motor. Kami makan sebentar, ya seadanya, sekedar makan mie rebus. Supaya berenergi gitu.
Gak lupa berdoa dulu, agar selamat diperjalanan, selama pendakian. Lalu, pukul 18.30 WIB, kami harus menempuh perjalanan, selama 5 jam, dengan jalan kaki. Nyampek, di lokasi puncak sekira pukul 00.00 WIB.
Benar juga, cerita temanku, mendaki gunung ini tidak terlalu perlu keahlian khusus. Orang sepertiku, yang sama sekali belum berpengalaman naik gunung, juga bisa melaluinya dengan nyaman, tanpa perlu terlalu khawatir.
Memang, jalannya lebih curam, mungkin jika dibandingkan dengan track perjalanan mendaki gunung lainnya. Hanya saja, tidak terlalu berbahaya.
Sesaat sebelum puncak, terdapat perkampungan. Konon, perkampungan suku osing. Salah satu suku asli Banyuwangi, yang hingga kini masih bertahan, dan menjadi salah satu objek wisata.
Jika, pingin menikmati kuliner makanan khas suku osing, juga tersedia. Sehingga pengunjung, sudah tidak perlu terlalu sulit mendapatkan sajian khas suku osing.
Fasilitas umumnya, juga lumayan lengkap. Tentu, bagi semua wisatawan menjadi terasa nyaman.
Usai melepas lelah, kami melanjutkan perjalanan. Kabarnya, tempat ini memang agak tersembunyi, namun biasanya pengunjung menikmati panoramanya yang unik.
Pagi hari, para wisatawan bisa menikmati sunrise, yang eksotis. Membuat, langit di ufuk timur seolah merona merah, dengan hamparan langit biru, yang bening.
Capek juga sih, tapi menyenangkan. Tak terasa, kami ber enam, pada pukul 00.00 WIB, sampai juga di puncak Gunung Ranti. Terjawab sudah rasa penasaranku.
Usai melepas lelah sejenak, kami segera mendirikan tenda. Untuk tetap berteduh malam hari, karena kami harus menginap di puncak Gunung itu.
Sembari kami bertugas memasak, ada juga teman – teman yang sudah terlelap, karena terlalu capek.
Jempolindo _ Esok Paginya
Saking capeknya, aku sendiri terlelap tidur hingga pagi hari, matahari sudah sepenggalah. Aduh, sayang ya, gak bisa menyaksikan matahari terbit.
Untungnya, masih ada teman yang bangun pagi, gara – gara ada pendaki lain, yang baru datang. Temanku, berhasil mengabadikan matahari terbit (sun rise).
Pukul 08.00 pagi hari, kami masih menyempatkan diri memasak, sambil menikmati suasana pagi di Puncak Gunung Ranti.
Usai makan, sambil bercerita sana – sini, tak terasa waktu sudah tengah hari. Pukul 12.00 WIB, kami memutuskan untuk kembali pulang.
Kembali kami menyusuri perjalanan pulang, cukup terjal, turun dari puncak. Sesampai Base Camp, pukul 16.30 WIB. Istirahat sebentar. Lalu, pulang.
Huhhhhhhh………. puncak Gunung Ranti, rekomended banget pokoknya. (Jempolindo mengutip dari kisah Perjalanan Kevin Adam Rachmani)