Jember, Jempolindo.id – Kabupaten Jember memiliki beragam potensi pariwisata, yang jika mampu memadukannya, maka akan menjadi kekuatan besar.
Baca Juga: HUT Satpol PP ke 75, Bupati Jember Jajaki Even Drumband Sekelas JFC
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud ) Kabupaten Jember Bambang Rudianto, menjelaskan bahwa masyarakat mengenal Kabupaten Jember, sebagai kota pandalungan, dengan beragam etnis dan budaya.
“Sebenarnya Jember memiliki beragam iconik, diantaranya sebagai kota pandalungan, kota cerutu, kota Carnival, dan masih banyak lagi,” katanya, disela sela mengikuti RDP Pansus LKPJ Bupati Jember, di Gedung DPRD Kabupaten Jember, pada Selasa (15/04/2025) siang.
Mengenal 5 C Potensi Jember
Bambang Rudianto menyebut kekuatan besar yang dimiliki Kabupaten Jember, dengan 5 C, diantaranya Culture, Coffee, Chocoa, Cigar, dan Carnival
Budaya yang tumbuh berkembang di Kabupaten Jember, secara garis besar merupakan perkawinan dari budaya etnis Madura dan Jawa, meski juga tumbuh budaya setidaknya 16 etnis lainnya.
“Tadi para akademisi menyampaikan keinginannya untuk mengembangkan Wisata Budaya,” katanya.
Coffee (Kopi) merupakan potensi perkebunan, yang tumbuh subur di wilayah pegunungan, sebelah timur dan Utara Kabupaten Jember.
“Kawasan perkebunan kopi ini, bisa menjadi potensi wisata yang memungkinkan berkembang,” katanya.
Chocoa (Coklat) juga telah dikembangkan di Kabupaten Jember, sebagai salah satu produk perkebunan andalan.
“Sehingga Jember punya Puslit Kopi dan Coklat,” katanya.
Cigar (Rokok), Daun Tembakau menjadi Lambang Kabupaten Jember, yang menggambarkan bahwa Jember sebagai kota tembakau, bahkan sudah dikenal sejak era kolonial.
“Belakangan, Jember sebagai kota yang memproduksi Cerutu, yang telah diekspor ke mancanegara,” jelasnya.
Kebiasaan menggelar Carnaval, sebenarnya merupakan budaya yang sudah tumbuh di Kabupaten Jember sejak lama.
Budaya Carnaval itu, kemudian dikemas menjadi Jember Fashion Carnival (JFC), yang telah dikenal hingga kemanca negara.
“Kini JFC sudah bukan hanya dikenal di level nasional, namun juga sudah mendunia, bahkan foundernya kini menjadi Ketua Asosiasi Carnaval Indonesia,” katanya.
Jika semua kekuatan itu dipadukan, dalam sebuah konsep Holistic Tourism, Wisata yang menyeluruh, maka akan menjadi sebuah kekuatan besar, yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Yang akan menimbulkan multiplayer effect, melalui pengembangan wisata, mendatangkan wisatawan, pertumbuhan UMKM, hasil Handicraft kita juga akan laku, homestay, hotel dan sektor lainnya,” paparnya.
Geliat Pariwisata Jember
Geliat Kebudayaan di Kabupaten Jember, juga sudah semakin menguat, yang dapat dilihat melalui kegiatan Srawung Sastra, Boemi Puger, musium huruf dan komunitas pegiat kebudayaan lainnya.
“Mereka sudah mulai berkreasi,” ujarnya .
Kekuatan seni tradisi, juga semakin menguat, hal itu dapat dilihat dari adanya Tarian Sandur, yang hidup di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi.
“Ada juga Tarian Sandur Tanian, di Desa Karangpring. Sebuah tarian tradisi yang mengandung mistis,” katanya.
Ta’ Buta’ an, juga dikenal sebagai ikon seni tradisi, yang telah dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
“Seni tradisi itu hidup di wilayah lereng pegunungan Argopuro, karenanya kita kemas menjadi even Hyang Argopuro Festival,” ujarnya.
Sektor Pariwisata Budaya, kata Bambang Rudianto, telah memberikan sumbangsih PAD cukup besar, dari yang sebelumnya 50 miliar, kini menjadi 53 miliar.
“Untuk itu, dengan adanya efisiensi anggaran, seharusnya akan memacu kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan sektor pariwisata,” tandasnya.
Setelah adanya efisiensi, Disparbud mendapatkan alokasi APBD 2025, sebesar 21 Miliar.
“Dari yang sebelumnya 18 miliar, kemudian mendapatkan tambahan 3 miliar, sehingga menjadi 21 Miliar,” jelasnya.
Sedangkan, kunjungan wisatawan di Kabupaten Jember, pada tahun 2024 sebesar 1,2 juta ornag.
“Kita belum bisa membandingkan ada tidaknya trend kenaikan kunjungan, kan ini baru masuk bulan ke 4 tahun 2025, nanti kita bisa membandingkan setelah akhir tahun,” tutupnya. (Slmt)