Jember _ Jempolindo.id _ FKD (Forum Konco Dewe) Kabupaten Jember menggelar diskusi santai, bertajuk Mencari Kriteria Pemimpin Jember, di Cafe Tetes Tebu, pada Selasa (02/04/2024) malam.
Hadir dalam Diskusi itu setidaknya 50 tokoh masyarakat dari berbagai kalangan, diantaranya kalangan akademisi, politisi, dan pegiat sosial.
Menurut Presiden FKD Jember Lukman Winarno, bahwa diskusi itu digelar dalam rangka menghadapi Pilkada Jember 2024, yang bakal digelar pada 27 Nopember 2024 mendatang.
“Dalam diskusi kali ini, tidak ada tanya jawab, masing masing boleh menyampaikan gagasannya, yang akan diformulasikan untuk mencari kriteria Pemimpin Jember Kedepan,” ujar Lukman.
Pegiat Sosial, Kustiono, menyampaikan pokok pikirannya bahwa dengan adanya diskusi itu maka masih ada optimisme untuk menata kehidupan masyarakat Jember yang lebih baik.
“Karenanya, diskusi semacam ini seharusnya terus menerus digelar, agar tumbuh semangat untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan tatanan kehidupan bagi masyarakat Jember,” ujarnya.
Kustiono juga menyebut bahwa permainan dalam pelaksanaan Pemilu, sudah terjadi bukan hanya pada Pemilu 2024, pada pemilu sebelumnya juga sudah terjadi.
“Hanya saja, pada pemilu sebelumnya, penggunaan medsos belum semasive sekarang, sehingga seolah olah permainan pelaksanaan pemilu, tampak lebih masive pada tahun ini,” katanya.
Mantan Ketua KPU Kabupaten Jember Ketty Tri Setyorini, mencoba melempar gagasan kritiisnya terhadap pelaksanaan Pemilu 2024, yang menurutnya perlu dikritisi, agar ada perbaikan dalam pelaksanaan Pilkada Kabupaten Jember.
“Buruknya sistem pemilu, memang sudah dimulai sejak tahapan rekrutmen, untuk itu seharusnya, pada tahapan ini perlu disikapi,” ujarnya.
Pelaksanaan Pemilu 2024, yang banyak kalangan menilai berlangsung lebih buruk dibanding dengan Pemilu sebelumnya, menurut Ketty, hal itu merupakan dampak dari amandemen UUD 1945.
“Perubahan sistem pemilu merupakan buah dari reformasi, yang mau tidak mau harus kita terima,” katanya.
Bertindak selaku narasumber pada diskusi itu, Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember Dr Fendi Setyawan, menjelaskan berdasarkan sudut pandang akademik, bahwa dalam memilih pemimpin, terdapat masalah regulasi.
“Buah dari reformasi, maka lahir adanya perubahan UUD, yang juga berdampak terhadap hasil proses demokrasi,” jelasnya.
Jika ada penilaian dalam pelaksanaan Pemilu, menurut Fendi, hal itu juga merupakan hasil dari budaya demokrasi yang buruk.
“Karenanya, gerakan masyarakat akan memberikan manfaat terhadap pengawalan idealisme,” katanya.
Untuk itu, Fendi memberikan tagline, bahwa dalam memilih pemimpin seharusnya melihat track recordnya.
“Track record seseorang dapat digunakan untuk membaca kredibilitas sosok pemimpin,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dr Jayus SH MHum menyampaikan perihal kriteria pemimpin Jember kedepan, harus memenuhi kriteria Pintar dan Benar.
“Ada banyak orang Jember yang pintar, tetapi belum tentu benar,” ujarnya.
“Jika kedua kriteria itu tidak ditemukan, maka menurut Jayus, akan kesulitan menemukan sosok pemimpin yang diharapkan,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Penasehat FKD Jember Gus Nadir Halimy, menyitir Hadis Nabi, untuk memberikan gambaran tentang kriteria pemimpin.
“Menurut hadis Nabi, ada dua golongan, yang jika rusak keduanya, maka rusaklah ummat, dan jika baik maka baiklah ummat,” ujar Gus Nadir.
Hadis Nabi tersebut, menurut Gus Nadir sering diterjemahkan untuk menggambar keharmonisan ulama dan umara.
“Keharmonisan ulama dan umara, bukan berarti keduanya harus berjalan seiring. Atau bahkan, jika kebetulan yang menjadi pemimpin seorang ulama, lantas masih tetap membawa keulamaannya,” paparnya.
Menurut Gus Nadir, seorang pemimpin haruslah profesional, mampu mengerjakan tanggung jawabnya sesuai kewenangannya.
“Jika seorang Bupati berasal dari kalangan ulama misalnya, maka sudah seharusnya menanggalkan ke ulama annya, setidaknya selama menjabat sebagai Bupati,” ujarnya. (Gilang)